Tugas MKU
Bahasa Indonesia
MAKALAH
PEMBENTUKAN PARAGRAF
KELOMPOK 5
·
(D62115012) NUR ALFARISI
·
(D62115022) ANDI AHMAD FAUZAN NUR
·
(D62115301) WARDAYANTI
·
(D62115312) LIESER TALEBONG
·
(D62115508) FADLY KURNIAR JUFRI
·
(D62115702) OLIVIA WAERLUKA
Program Studi :
Teknik Pertambangan
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN
2015
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat
Tuhan Yang Maha Esa atas segala limpahan rahmat, thaufiq, dan hidayah-Nya,
sehingga kami dapat menyelesaikan Makalah ini mengenai Pembentukan Paragraf.
Makalah ini membahas
mengenai ruang lingkup kajian meliputi tema antara lain pengertian paragraf,
tujuan pembentukan paragraf, jenis-jenis paragraf, pikiran utama dan pikiran
penjelas, struktur paragraf dan syarat pembentukan paragraf.
Kami mengucapkan banyak
terima kasih kepada Ibu Hj. Indarwati, S.S.C., M.Hum. atas segala arahan dan
bimbingan sehingga kami dapat menyelasaikan makalah ini.
Kami menyadari bahwa
makalah Pembentukan Paragraf yang kami susun ini belumlah sempurna, maka dari
itu kami mengharapkan saran dan krtitikan yang membangun dari pembaca.
Demikianlah makalah
kami ini, atas perhatiannya kami mengucapkan banyak terima kasih.
Gowa,
5 September 2015
Kelompok
5
DAFTAR ISI
Halaman
Judul ............................................................................................................
Kata
Pengantar ...........................................................................................................
Daftar Isi.....................................................................................................................
Bab I
Pendahuluan.......................................................................................................
I.1
Latar Belakang .............................................................................................
I.2
Rumusan Masalah..........................................................................................
I.3 Tujuan..............................................................................................................
Bab II
Pembahasan......................................................................................................
II.1 Pengertian Paragraf........................................................................................
II.2 Tujuan Pembentukan Paragraf......................................................................
II.3 Ciri Paragraf..................................................................................................
II.4 Fungsi Paragraf..............................................................................................
II.5 Jenis Paragraf.................................................................................................
II.6 Syarat Paragraf yang Baik............................................................................
II.7 Pengembangan Paragraf................................................................................
II.8 Penempatan Pikiran Utama...........................................................................
II.9 Pengurutan Kalimat Utama dan Kalimat
Penjelas........................................
II.10 Pengembangan Paragraf Berdasarkan
Alur Pikir........................................
Bab III
Penutup............................................................................................................
III.1 Kesimpulan....................................................................................................
III.2 Saran..............................................................................................................
Daftar Pustaka.............................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar
Belakang
Umumnya kesulitan pertama membuat karya tulis ilmiah
adalah mengungkapkan pikiran menjadi kalimat dalam bahasa ilmiah. Sering
dilupakan perbedaan antara paragraf dan kalimat. Suatu kalimat dalam tulisan
tidak berdiri sendiri, melainkan kait-mengait dalam kalimat lain yang membentuk
paragraph, paragraf merupaka sanian kecil sebuah karangan yang membangun satuan
pikiran sebagai pesan yang disampaikan oleh penulis dalam karangan.
Paragraf
atau alinea adalah suatu bentuk bahasa yang biasanya merupakan hasil
penggabungan beberapa kalimat. Dalam upaya menghimpun beberapa kalimat menjadi
paragraph, yang perlu diperhatikan adalah kesatuan dan kepaduan. Kesatuan
berarti seluruh kalimat dalam paragraf membicarakan satu gagasan(gagasan
tunggal).Kepaduan berarti seluruh kalimat dalam paragraf itu kompak, saling
berkaitan mendukung gagasan tunggal paragraf.
Dalam kenyataannya kadang-kadang kita menemukan alinea
yang hanya terdiri atas satu kalimat, dan hal itu memang dimungkinkan. Namun,
dalam pembahasan ini wujud alinea semacam itu dianggap sebagai pengecualian
karena disamping bentuknya yang kurang ideal jika ditinjau dari segi komposisi,
alinea semacam itu jarang dipakai dalam tulisan ilmiah. Paragraf diperlukan
untuk mengungkapkan ide yang lebih luas dari sudut pandang komposisi,
pembicaraan tentang paragraf sebenarnya ssudah memasuki kawasan wacana atau
karangan sebab formal yang sederhana boeh saja hanya terdiri dari satu
paragraf. Jadi, tanpa kemampuan menyusun paragraf, tidak mungkin bagi seseorang
mewujudkan sebuah karangan.
Kalimat-kalimat yang telah dibuat dan disusun secara
efektif perlu dihimpun dan dipadukan satu sama lain dengan membentuk satuan
yang lebih besar, yaitu paragraf. Dalm upaya pembentukan paragraf tersebut,
penulis hendaknya memperhatikan adanya kepaduan antarkalimat sebagai unsur
pembentuknya. Melalui paragraf yang telah dibentuk, seorang penulis dapat
menyusun dan mengembangkan isi pikirannya secara bertahap dan tertib sehingga
maksud penulis mudah dipahami dan diterima oleh pembaca. Oleh sebab itu,
terampil menulis paragraf perlu dikuasai oleh setiap orang yang memiliki
aktivitas menulis, terutama bagi mereka yang ingin menulis karya tulis ilmiah.
Agar dapat terampil menulis paragraf yang baik, seseorang harus banyak
berlatih.
I.2 Rumusan Masalah
1.
Apakah pengertian paragraf?
2.
Apakah tujuan dari pembentukan suatu paragraf?
3.
Bagaimanakah cara membedakan sutau paragraf yang baik?
4.
Bagaimanakah cara membedakan jenis-jenis paragraf?
5.
Bagaimanakah cara membedakan pikiran utama dan pikiran
penjelas?
6.
Bagaimanakah cara menjelaskan syarat-syarat
terbentuknya suatu paragraf?
I.3 Tujuan
1.
Dapat menjelaskan pengertian paragraf
2.
Dapat menjelaskan tujuan dari pembentukan suatu
paragraf
3.
Dapat membedakan
sutau paragraf yang baik
4.
Dapat
membedakan jenis-jenis paragraf
5.
Dapat
membedakan pikiran utama dan pikiran penjelas
6.
Dapat cara menjelaskan syarat-syarat terbentuknya
suatu paragraf
BAB II
PEMBAHASAN
II.1
Pengertian Paragraf
Paragraf
adalah satu kesatuan pikiran yang lebih tinggi dan lebih luas daripada kalimat.
Sebagai satuan pikiran yang lebih tinggi dan lebih luas, paragraf terdiri atas
kumpulan atau rangkaian kalimat yang mendukung suatu ide pokok yang tertuang dalam
kalimatutama atau kalimat topik. Ide pokok tersebut akan menjadi penjelas
apabila didukung oleh ide-ide penjelas.
Pengertian
di atas memberikan pemahaman kepada kita bahwa sebuah paragraf terdiri atas
beberapa kalimat. Akan tetapi, dalam kenyataannya kadang-kadang kita menemukan
paragraf yang hanya terdiri atas satu kalimat. Hal ini memang dimungkinkan.
Namun, dalam pembahasan bab ini wujud paragraf semacam itu dianggap sebagai
pengecualian. Jika ditinjau dari segi komposisi memililki bentuk yang kurang
ideal dan juga jarang dipakai dalam tulisan ilmiah.
Setiap
paragraf hanya boleh mengandung satu ide pokok. Perhatikan contoh paragraf (1)
berikut.
Contoh (1) :
(a) Dalam perkembangan bahasa Indonesia selalu
mengalami perubahan. (b) Perubahan itu antara lain berupa penambahan kata-kata
baru, baik dari bahasa daerah maupun dari bahasa asing. (c) Penambahan yang
berasal dari bahasa asing, misalnya astronout, kosmonaut, satelit, komputer,
dan televisi. (d) Penambahan kata-kata baru itu dimaksudkan untuk memenuhi
kebutuhan masyarakat dalam komunikasi.
Paragraf
tersebut terdiri atas empat kalimat, semuanya membicarakan perkembangan bahasa
Indonesia. Ide pokok (pikiran utama) paragraf tersebut adalah “perkembangan
bahasa Indoenesia” yang tertuang dalam kalimat (a). Kalimat (b), (c), dan (d)
merupakan kalimat penjelas karena ketiga kalimat itu menjelaskan ide pokok pada
kalimat utamanya.
II.2 Tujuan
Pembentukan Paragraf
Kita akan
kesulitan memahami isi suatu paragraf apabila kita mambaca sebuah tulisan yang
tidak tersusun atas kesatuan paragraf. Keteraturan penyajian gagasan dalam
karya tulis dapat dilakukan jika setiap paragraf hanya memuat satu ide pokok
yang dinyatakan dalam kalimat utama. Gagasan bawahan yang berfungsi sebagai ide
penjelas terhadap ide pokok dinyatakan dalam kalimat-kalimat yang lain.
Penyusunan
paragraf dalam karya tulis mempunyai dua tujuan, yaitu: pertama, memudahkan
pengertian dan pemahaman dengan cara menyekat -nyekat ide pokok yang satu dari
ide pokok yang lain berdasarkan keharusan untuk mengungkapkan satu ide pokok
saja pada setiap paragraf. Hal ini sekaligus menunjukkan adanya penghentian
secara wajar dan formal sebelum beralih ke paragraf berikutnya. Jika terdapat
dua atau lebih ide pokok, paragraf tersebut perlu dipecah menjadi dua atau
lebih paragraf. Kedua, memudahkan pembaca mengikuti uraian penulis secara
sistematis dari ide yang satu ke ide yang lain sehingga pemusatan perhatian
dapat dilakukan terhadap setiap ide yang diungkapkan dalam karya tulis
tersebut.
Contoh (2) :
(a)Saharuddin
Dg. Gassing tidak tahu banyak tentang desa kelahirannya. (b) Ia tidak
tahu-menahu mengapa desanya itu dinamai desa Bontomarannu. (c) Ia tidak
tahu-menahu mengapa Bontomarannu dan Bontomanai ( desa tetangga ) kini
mengering. (d) Ia juga tidak tahumengapa nenek moyangnya dahulu sampai ke desa
itu. (e) Meski sudah uzur, Saharuddin Dg. Gassing masih gesit dan cekatan. (f)
Begitu bangun pagi, tanpa harus minum kopi dahulu, ia sudah memikul cangkul
menuju sawah garapannya. (g) Ia terus mengayunkan cangkulnya membongkar tanah
liat yang sudah mengeras oleh musim kemarau yang panjang.
Paragraf
contoh (2) di atas tidak dapat disebut paragraf yang baik sebab mengandung dua
ide pokok, yaitu kalimat (a) dan kalimat (e). Oleh karena itu, paragraf
tersebut dipecahkan menjadi dua paragraf seperti yang telihat pada contoh
berikut.
Contoh (2a)
:
(a)
Saharuddin Dg. Gassing tidak tahu banyak tentang desa kelahirannya. (b) Ia
tidak tahu-menahu mengapa desanya itu dinamai desa Bontomarannu. (c) Ia tidak
tahu-menahu mengapa Bontomarannu dan Bontomanai ( desa tetangga ) kini
mengering. (d) Ia juga tidak tahu mengapa nenek moyangnya dahulu sampai ke desa
itu.
(a) Meski
sudah uzur, Saharuddin Dg. Gassing masih gesit dan cekatan. (b) Begitu bangun
pagi, tanpa harus minum kopi dahulu, ia sudah memikul cangkul menuju sawah
garapannya. (c) Ia terus mengayunkan cangkulnya membongkar tanah liat yang
sudah mengeras oleh musim kemarau yang panjang.
II.3
Ciri-ciri Pararaf
1.
Paragraf menggunakan pikiran utama
(gagasan utama) yang dinyatakan dalam kalimat topik
2. Setiap paragraf memiliki satu kalimat topik dan yang lainnya merupakan
kalimat penjelas
3.
Paragraf menggunakan pikiran
penjelas (gagasan utama)
II.4 Fungsi
Paragraf
Mengekpresikan gagasan tertulis dengan memberi bentuk suatu pikiran dan
perasaan ke dalam serangkaian kalimat yang tersusun secara logis, dalam suatu
kesatuan
1.
Menandai peralihan (pergantian),
gagasan baru bagi karangan yang terdiri dari beberapa paragraf ganti (ganti
pikiran)
2.
Memudahkan pemahaman bagi
pembacanya;
3.
Memudahkan pengembangan topik
karangan ke dalam satuan-satuan unit pikiran yang lebih kecil
4.
Memudahkan pengendalian variabel
terutama karangan yang terdiri atas beberapa variabel.
II.5 Jenis-jenis Paragraf
Dalam pembuatan karya tulis, kita sering menemukan perbedaan antara
alinea/paragraf yang satu dengan yang lainnya. Berikut ini jenis-jenis paragraf
yang terdiri dari tiga aspek.
1. Berdasarkan Letak Kalimat Topiknya.
Berdasarkan letak kalimat
topiknya paragraf dibagi atas:
a. Paragraf Deduksi
Paragraf deduksi artinya paragraf yang memiliki pikiran utama pada awal
alinea, sedangkan kalimat selanjutnya merupakan kalimat penjelas. Paragraf
deduksi sering juga disebut paragraf umum ke paragraf khusus. Contoh
paragrafnya adalah paragraf yang memiliki isi kalimat penjelas, uraian,
analisis, contoh-contoh, keterangan atau rincian kalimat topik.
Contohnya :
"
Olahraga akan membuat badan kita menjadi sehat dan tidak mudah terserang
penyakit. Fisik orang yang berolahraga dengan yang jarang atau tidak pernah
berolahraga sangat jelas berbeda. Contohnya jika kita sering berolahraga fisik
kita tidak mudah lelah, sedangkan yang jarang atau tidak pernah berolahraga
fisiknya akan cepat lelah dan mudah terserang penyakit."
b. Paragraf Induksi
Paragraf induksi (khusus ke umum) yaitu paragraf yang kalimat utamanya
terletak pada akhir kalimat. Artinya, kalimat-kalimat awal merupakan kaimat
penjelas, sedangkan kalimat akhir merupakan kalimat utamanya.
Contohnya:
" Pak
Sopian memiliki kebun kakao seluas 1 hektar. Tetangganya, Pak Gatot, juga
memiliki kebun kakao seluas 1 hektar. Adik Pak Gatot, Ali Bashya, malah
memiliki kebun kakao yangt lebih luas daripada kakaknya, yaitu 2,5 hektar.
Tahun ini merupakan tahun ketiga bagi mereka memanen kakao. Seperti mereka,
dari 210 penduduk petani di Desa Sriwaylangsep, 175 kepala keluarga berkebun
kakao. Maka, tidaklah heran apabila Desa Sriwaylangsep tersebut dikenal dengan
Desa Kakao.
c. Paragraf Kombinasi
(Deduksi-Induksi)
Kalimat utamanya pada sebuah
paragraf pada hakekatnya hanya memiliki satu kalimat utama. Tapi, pada paragraf
kombinasi, kalimat utamanya bisa terletak pada awal atau juga bisa terletak
pada akhir paragraf. Jika dikatakan kombinasi, karena jika kalimat utamanya
terletak pada awal kalimat, maka akan ditegaskan pada akhir kalimat, begitu
juga sebaliknya. Sehingga, paragraf ini sering disebut paragraf
deduktif-induktif.
"
Pemerintah menyadari bahwa rakyat Indonesia memerlukan rumah yang kuat,murah,
dan sehat. Pihak dari pekerjaan umum sudah lama menyelidiki bahan rumah yang
murah, tetapi kuat. Tampaknya bahan perlit yang diperoleh dari batuan gunung
beapi sangat menarik perhatian para ahli. Bahan ini tahan api dan air tanah.
Usaha ini menunjukan bahwa pemerintah berusaha membangun rumah yang kuat, murah
dan sehat untuk memenuhi kebutuhan rakyat."
d. Paragraf Penuh (Deskripsi)
Paragraf penuh maksudnya paragraf penuh dengan kalimat topik, seluruh
kalimat yang membangun suatu paragraf sama pentingnya sehingga tidak satupun
kalimat yang khusus menjadi kalimat topik. Paragraf ini sering dijumpai dalam
uraian-uraian yang bersifat deskriptif dan narasi terutama dalam karangan
fiksi.
Contohnya:
" Pagi
hari itu aku berolahraga di sekitar lingkungan rumah. Dengan udara yang sejuk
dan menyegarkan. Di sekitar lingkungan rumah terdengar suara ayam berkokok yang
menandakan pagi hari yang sangat indah. Kuhirup udara pagi yang segar
sepuas-puasku."
2. Berdasarkan Sifat Isinya (Bedasarkan Bentuk Pengembangannya)
a. Paragraf Argumentasi
Paragraf yang berusaha mengungkapkan pendapat dan sikap penulis. Sikap dan
pendapat penulis diungkapkan dalam bentuk fakta. Ciri khas paragraf argumentasi
terletak pada pendapat yang disertai dengan alasan yang mendukung. Contohnya
karya ilmiah, makalah, skripsi, tesis dan disertasi.
Contoh : “Menurut Ketua
panitia, Derrys Saputra, mujur merupakan kegiatan rutin yang diselenggarakan
oleh HMTK untuk memilih ketua dan wakil HMTK yang baru. Bersamaan dengan
berakhirnya masa jabatan kepengurusan MHTK periode 2008 – 2009, maka sebagai
penggantinya dilakukan mujur untuk memilih ketua dan wakil HMTK yang baru untuk
masa kepengurusan 2009 – 2010.”
b. Paragraf Persuasi
Paragraf persuasi adalah paragraf yang isinya berupa ajakan yang mengajak
pembaca dengan mengemukakan alasan, contoh dan bukti yang kuat, untuk
meyakinkan pembaca, atau pendengar sehingga pembaca membenarkan dan mengikuti
ajakan penulis. Contohnya majalah, surat, surat kabar, radio, selebaran,
kampanye dan lain-lain.
Contoh : “Marilah kita membuang sampah pada tempatnya, agar
lingkungan kita bebas dari banjir dan bebas dari penyakit yang disebabkan oleh
sampah – sampah yang di buang tidak pada tempatnya. Oleh karena itu, perlu
kesadaran pada diri kita masing – masing untuk membuang sampah pada tempatnya.
c. Paragraf Deskripsi/Deskriptif
Paragraf deskripsi adalah paragraf yang melukiskan atau menggambarkan objek
yang sedang dibicarakan atau dituliskan sehingga pendengar atau pembaca seolah-olah
melihat objek yang sedang dibicarakan. Atau dengan kata lain paragraf deskripsi
menaruh harapan pada pembaca atau pendengar seolah-olah melihat keadaan
peristiwa tersebut secara langsung. Biasanya digunakan dalam karya sastra dan
biografi seseorang.
Contoh :“Rachmat Djoko Pradopo lahir 3 November 1939 di
Klaten, Jawa Tengah. Tamat SD dan SMP (1955) di Klaten, SMA II (1958) di
Yogyakarta. Masuk Jurusan Sastra Indonesia Universitas Gadkah Mada, tamat
Sarjana Sastra tahun 1965. pada tahun 1978 Rachmat mengikuti penataran sastra
yang diselenggarakan oleh Pusat Bahasa Jakarta bersama ILDEP dan terpilih untuk
melanjutkan studi di Pascasarjana Rijkuniversiteit Leiden, Nederland, tahun
1980 – 1981, di bawah bimbingan Prof. Dr. A. Teeuw”.
d. Paragraf Eksposisi
Paragraf eksposisi adalah paragraf yang bersifat memaparkan, menjelaskan,
menerangkan, dan menguraikan sesuatu. Jenis paragraf ini bertujuan untuk
memperluas atau menambah wawasan pembaca atau pendengar. Bentuk paragraf ini
biasa dipakai untuk memaparkan cara membuat sesuatu, cara menggunakan sesuatu.
Contohnya penulisan cara kerja sebuah mesin, cara mengkomsumsi obat-obatan dan
sebagainya.
Contoh : “Kini
hadir mesin cuci dengan desain bunga chrysant yang terdiri dari beberapa
pilihan warna, yaitu pink elegan dan dark red untuk ukuran tabung 15 kg.
Disamping itu, mesin cuci dengan bukaan atas ini juga sudah dilengkapi dengan
LED display dan tombol-tombol yang dapat memudahkan penggunaan. Adanya fitur
I-sensor juga akan memudahkan proses mencuci”.
e. Paragraf Narasi/Naratif
Paragraf narasi adalah paragraf yang menceritakan kejadian atau peristiwa
dari awal sampai akhir yang dikaitkan dengan kurun waktu tertentu dalam bentuk
perceritaan. Paragraf narasi berusaha menceritakan atau menuliskan kejadian-kejadian
yang ingin disampaikan penulis berdasarkan urutan waktu. Biasanya digunakan
dalam bentuk riwayat hidup, novel, cerpen dan roman.
Contoh : “ Pada
game pertama, Kido yang bermain dengan lutut kiri dibebat mendapat perlawanan
ketat Chai/Liu hingga skor imbang 16 – 16. pada posisi ini, Kido/Hendra yang
lebih berpengalaman dalam berbagai kejuaraan memperlihatkan keunggulan mereka.”
3. Berdasarkan posisi dan fungsinya dalam paragraf
a.
Paragraf Pembuka
Paragraf pembuka merupakan paragraf
yang berfungsi sebagai pengantar menuju masalah yang akan dibahas. Sebagai
bagian yang mengawali sebuah karangan. Paragraf pembuka harus dapat difungsikan
untuk mengantar pokok pembicaraan, menyiapkan pembaca untuk mengetahui isi
seluruh karangan. Bentuk-bentuk berikut ini dapat dimanfaatkan sebagai bahan
menulis paragraf pembuka, yaitu:
1) kutipan, pribahasa, anekdot atau cerita yang lucu, singkat dan
mengesankan;
2) uraian mengenai pokok pembicaraan;
3) sesuatu tantangan atas pendapat atau pernyataan seseorang;
4) uraian tentang pengalaman pribadi;
5) uraian tentang maksud dan tujuan penulis;
6) sebuah pertanyaan;
7) memberikan latar belakang suasana atau watak;
8) melukiskan sejarah atau riwayat hidup seseorang;
9) memberi ringkasan isi karangan.
b. Paragraf Penghubung atau
Pengembang
Merupakan paragraf yang bertujuan
mengembangkan pokok pembicaraan suatu karangan yang telah dirumuskan dalam
paragraf pembuka. Paragraf pengembang dalam karangan dapat difungsikan sebagai
berikut:
1) mengemukakan inti persoalan;
2) memberi ilustrasi dan contoh;
3) menjelaskan hal yang akan diuraikan pada paragraf berikutnya;
4) meringkaskan paragraf berikutnya;
5) mempersiapkan dasar atau landasan bagi simpulan.
c.
Paragraf Penutup
Merupakan paragraf yang berfungsi mengakhiri
bagian suatu karangan atau seluruh karangan. Paragraf ini biasanya berisi
simpulan atau saran atau bahkan penegasan kembali paragraf pembukanya. Paragraf
penutup harus memperhatikan beberapa hal sebagai berikut:
1) Sebagai paragraf penutup, maka paragraf ini tidak
boleh terlalu panjang
2) Isi paragraf harus berisi simpulan sementara atau
simpulan akhir sebagai cerminan inti
seluruh uraian.
II.6 Syarat
Paragraf yang Baik
Paragraf yang baik
harus mempunyai syarat kesatuan, kepaduan, ketuntasan, kerututatan, dan
konsistensi penggunaan sudut pandang.
I.
Kesatuan Paragraf
(Kesatuan Pikiran)
Paragraf yang baik
hanya mempunyai satu pokok pikiran. Pokok pikiran tersebut ditempatkan dalam
kalimat utama. Adapun kalimat-kalimat pengembang berupa pikiran-pikiran
penjelas menjelaskan pikiran utama. Tidak satupun kalimat pengembang yang tidak
menjelaskan pikiran utama. Apabila ada kalimat pengembang yang tidak
menjelaskan pikiran utama maka paragraf tersebut rusak kesatuannya.
Contoh (3):
(1) Kebebasan
berekspresi berdampak pada pengembangan kreativitas baru. (2) Beberapa siswa
tingkat SD sampai dengan tingkat SMU/SMK berhasil menjuarai olimpiade fisika
dan matematika. (3) Walaupun kebutuhan ekonomi masyarakat relatif rendah,
beberapa siswa berhasil memenangkan kejuaraan dunia dalam lomba tersebut, (4)
Kreativitas baru tersebut membanggakan.
Contoh paragraf di
atas tanpa kesatuan pikiran. Kalimat (1) sampai dengan kalimat (3) menggunakan
pikiran utama yang berbeda-beda. Masing-masing tidak membahas satu pikiran yang
sama. Kalimat (4) mempunyai hubungan dengan kalimat satu. Akibatnya, paragraf
menjadi tidak jelas struktur dan maknanya. Badingkan dengan paragraf
berikut ini
Contoh (4):
(1) Kebebebasan
berekspresi berdampak pada pengembangan kretivitas baru, (2) Dengan kebebasan
ini, para guru dapat leluasa mengajar
siswanya sesuai dengan basis kompetensi siswa dan lingkungannya. (3) Kondisi
kebebsan tersebut menjadikan pembelajaran berlangsung secara alami, penuh gairah,
dan siswa termotivasi untuk berkembang. (4) Siswa belajar dalam suasana gembira, aktif, kreatif, dan produktif. (5)
Dampak kebebasan ini, setiap saat siswa dapat melakukan aberbagai eksperimen
dengan menyinergika bahan ajar di sekolah dan lingkungannya.
Contoh paragraf
(4) di atas mempunyai satu kesatuan pikiran. Pikiran utama paragraf di atas
adalah kebebasan berekspresi (kalimat 1). Kemudian kalimat 2 sampai dengan
kalimat 6 adalah kalimat-kalimat pengembang yang berisi pikiran-pikiran
penjelas yang menjelaskan pikiran utama.
II.
Kepaduan
Kepaduan paragraf dapat dicapai dengan kalimat-kalimat yang berhubungan
secara logis. Hubungan pikiran-pikiran yang ada dalam paragraf menghasilkan
kejelasan struktur dan makna paragraf. Hubungan kalimat tersebut menghasilkan
paragraf menjadi satu padu, utuh, dan kompak. Kepaduan ini dapat dibangun
melalui repetisi (pengulangan) kata kunci atau sinonim, kata ganti, kata
transisi, dan bentuk paralel.
a. Pengulangan Kata Kunci
Kepaduan paragraf dapat pula dicapai dengan pengulangan kata kunci.
Semua kalimat yang dalam paragraf dihubungkan dengan kata kunci atau
sinonimnya. Kata kunci yang telah disebutkan pada kalimat sebelumnya diulang
pada kalimat kedua, ketiga, dan seterusnya. Dengan pengulanngan itu kalimat
menjadi padu, utuh, dan kompak.
Contoh (6):
(1) Budaya merupakan sumber kreativitas baru. (2) Budaya baik yang berupa
sistem ideal, sistem sosial, maupun sistem teknologi, ketiganya dapat dijadikan
sumber kretivitas baru. (3) Budaya yang bersumber pada sistem ideal dapat mengarahkan kreativitas konsep-konsep
pemikiran filsafat, ilmu pengetahuan, dan lain-lain. (4) Budaya bersumber
sistem sosial dapat mengendalikan perilaku sosial atau masyarakat termasuk
pemimpinnya. (5) Budaya yang bersumber pada sistem teknologi dapat
mengendalikan krestivitas baru berdasarkan geografis bangsa, misalnya sebagai
negara pertanian harus memproduksi teknologi pertanian, sebagai negara kelautan
harus mengembangkan teknologi kelautan, dan sebagainya. (6) Sinergi dari ketiga
sistem budaya dapat menghasilkan kreativitas yang lebih sempurna.
b. Kata Ganti
Kepaduan dapat dicapai dengan penggunaan kata ganti,
pronominal, atau padanan. Sebuah kata yang telah disebutkan pada kalimat
pertama (terdahulu) dapat disebutkan kembali pada kalimat berikutnya dengan
kata gantinya. Kata ganti atau padanan dapat pula menggantikan kalimat,
paragraf, dan dapat pula menggantikan bab.
Contoh:
(1)
Kata ganti:
Pegawai itu – ia
Pegawai-pegawai itu –
mereka
Seorang perempuan – ia
Banyak perempuan – mereka
Saya da kita – kami
Saya dan kamu – kita
(2)
Padanan:
Ekonomi Indonesia segera bangkit. Hal
ini ditandai dengan stabilnya nilai rupiah . Selai itu, hal ini juga dapat dirasakan adanya kenaikan pendapatan
nasional sebesar lima persen setahun sejak awal 2005 sampai dengan akhir 2006.
Hal ini ....,
Dalam paragraf ini
dibahas pembinaan ekonomi masyarakat kecil. Paragraf tersebut ....
c.
Kata Transisi
Kata transisi yaitu kata penghubung, konjungsi,
perangkai yang penyatakan adanya hubungan, baik intrakalimat maupun
antarkalimat. Penggunaan kata transisi yang tepat dapat memadukan paragraf
sehingga keseluruhan kalimat menjadi padu, menyatu, dan utuh. Kata transisi
digunakan berdasarkan fungsi makna yang dihubungkan. Kata transisi menyatakan
hubungan sebagai berikut:
No.
|
Menyatakan Hubungan
|
Kata/Frase Transisi
|
1.
|
Sebab, akibat, hasil
|
Sebab, karena, akibatnya, maka oleh karena
itu, oleh sebab itu, dampaknya, hasilnya, jadi, dengan demikian.
|
2.
|
Pertentangan
|
Tetapi, akan tetapi, namun, berbeda dengan
itu, meskipun demikian, sebaliknya, kebalikan daripada itu, kecuali itu.
|
3.
|
Hubungan waktu
|
Baru-baru ini, ketika, sejak, segera, beberapa
saat kemudian, sementara itu.
|
4.
|
Hubungan perbandingan
|
Dalam hal yang sama, lain halnya dengan,
sebaliknya, lebih daripada itu, berbeda dengan itu
|
5.
|
Hubungan tempat
|
Berdekatan dengan itu, di sini, ke seberang,
di sepajang jalan ini.
|
6.
|
Hubungan Tujuan
|
Agar, supaya, untuk maksud tersebut, guna
|
7.
|
Hubungan pertambahan
|
Tambahan pula, berikutnya, juga, kemudian,
selain itu, lebih lanjut, di samping itu, lebih-lebih, dalam hal demikian,
dengan kata lain.
|
8.
|
Hubungan syarat
|
Jika, jikalau, apabila, kalau.
|
9.
|
Hubungan cara
|
Dengan cara ini, cara yag demikian, cara ini.
|
10.
|
Hubungan singkatan
|
Singkatnya, ringkasnya, pendek kata
|
11.
|
Hubungan urutan
|
Mula-mula, pertama, kedua, akhirnya, sesudah
itu, selanjutnya.
|
12.
|
Hubungan penegasan
|
Jadi, dengan demikian, bahwa, jelaslah bahwa
|
II.7 Pengembangan Paragraf
1.
Pendahuluan
Paragraf yang baik
adalah paragraf yang dibangun beberapa kalimat yang saling berhubungan. Kalimat
tersebut diikat oleh satu pikiran utama dan dijelaskan secara terinci oleh
beberapa pikiran penjelas. Pikiran utama dan pikiran penjelas masing-masing
tertuang dalam kalimat utama dan kalimat penjelas. Jadi, dalam sebuah paragraf
terdapat satu kalimat utama da beberapa kalimat penjelas. Ada beberapa cara
penempatan kalimat utama dalam sebuah paragraf yang disesuaikan dengan jalan
pikiran penulisnya.
2.
Cara Penempatan
Pikiran Utama
A.
Pikiran Utama pada
Awal Paragraf
Paragraf dimulai dengan
mengemukakan pikiran utama yang terdapat dalam satu kalimat. Penjelasan
terhadap pikiran utama tersebut diberikan melalui kalimat-kalimat penjelas.
Penempatan kalimat utama pada awal paragraf menunjukkan adanya pikiran utama
yang mudah terbaca oleh pembaca dan dapat langsung mengundang perhatian pembaca
untuk mengikuti penjelasan selajutnya. Cara ini sering diterapkan dalam
penulisan karya tulis ilmiah karena mudah dilakukan dan dapat segera mengundang
perhatian pembaca. Paragraf yang demikian mengikuti cara berpikir deduktif
(dari umum ke khusus) yang disebut pula paragraf deduktif.
Contoh (1):
(1)Kekeringan yang melanda pulau ini berakibat sangat
parah. (2) Sumur sudah tidak banyak mengeluarkan air. (3) Ternak sudah lama tidak memperoleh
makanan yang berupa rerumputan hijau. (4) Pepohonan pun di mana-mana tampak melayu. (5) Banyak sawah
yang tidak digarap lagi kerena tanahnya mengeras dan pecah-pecah.
Gagasan pokok pada
paragraf di atas adalah akibat kekeringan yang parah ada pada kalimat (1). Kalimat
(2) sampai dengan kalimat (5) adalah
kalimat penjelas yang masing-masing memberikan penjelasan keadaan yang
disebutkan dalam kalimat (1).
B. Pikiran Utama pada Akhir Paragraf
Pikiran utama pada sebuah paragraf dapat pula ditempatkan pada akhir paragraf.
Paragraf jenis ini terlebih dahulu dikemukakan kalimat penjelas, kemudian
disudahi dengan kalimat utama yang memuat pikiran utama. Paragraf jenis ini
disebut paragraf induktif (mengikuti cara berpikir dari khusus ke umum).
Contoh (2):
(1) Ia memulai
uasahanya dengan modal yang terbatas. Pelanggannya terdiri atas pekerja kasar
dan penjual eceran di pasar yang singgah di warungnya sarapan pagi sebelum
bekerja. (2) Karena pelayanannya yang baik, ia akhirnya dapat membesarkan
tempat usahanya dan berhasil menikmati keuntungannya yang lumayan. (3) Pengalaman
itulah yang mengajarkan kepadanya bahwa modal yang paling penting dalam hidup
adalah kemauan dan ketekunan.
Paragraf di atas mempunyai tiga kalimat. Kalimat (1) dan (2) adalah kalimat penjelas
yang memuat pikiran penjelas. Adapun
kalimat utamanya ada pada kalimat (3) yang memuat pikiran utama.
C. Pikiran Utama Ada pada Awal dan Akhir Paragraf.
Paragraf dengan pola ini adalah gabungan paragraf deduktif dan paragraf
induktif. Pada awal paragraf diketengahkan kalimat utamanya disusul
kalimat-kalimat penjelas dan diakhiri kalimat
utama kembali.
Contoh (3):
(1) Bagi manusia,
bahasa merupakan alat berkomunikasi yang sungguh penting. (2) Dengan
bahasa manusia dapat menyampaikan isi hatinya kepada sesamanya. (3) Dengan
bahasa itu pula manusia dapat mewarisi dan mewariskan, menerima dan memberikan
segala pengalamannya kepada sesamanya. (4) Jelaslah bahwa bahasa merupakan
sarana yang paling penting dalam kehidupan manusia.
Paragraf di atas
berpola deduktif-induktif. Ada empat kalimat yang membangun paragraf tersebut.
Kalimat (1) kalimat utama yang memuat pikiran utama, disusul kalimat (2) dan
(3) yang merupakan kalimat penjelas yang memuat pikiran penjelas dan kalimat
(4) kembali diketengahkan kalimat utama yang memuat pikiran utama.
D. Paragraf dengan Pikiran Utama Tersirat
Ada paragraf yang tidak secara tersurat mengandung pikiran utama
tertentu. Semua kalimat yang menyusun paragraf sama pentingnya dan bekerja sama
menggambarkan pikiran yang terdapat dalam paragraf. Kalimat-kalimat merupakan
satu kesatuan isi.
Contoh (4):
(1) Pagi hari yang
cerah itu Aminah melompat-lompat menyusuri pematang. (2) Di kanan kiranya
terbentang luas tembakau yang sudah selutut tingginya. (3) Daunnya hijau
lebar-lebar, tanda subur karena cukup pupuknya. (4) Sekali-sekali ia berhenti
melayangkan pandangannya ke dangau di ujung sawah. (5) Sudah sejak matahari
terbit suaminya menyiangi tembakau. (6) Sekarang tentu beristirahat karena
tidak seorang pun yang tampak di sawah. (7) Dibayangkannya betapa suaminya akan
terkejut gembira karena ia datang agak pagi kali ini. Lagi pula dalam bakul
yang dijinjingnya terdapat makanan kesayangan suaminya, sayur asam, sambel
terasi, ikan bakar, dan ikan gabus asin. (8) Ditambah lagi nasi putih yang
masih panas, ynag terasa baru ditumbuk kemarin. (9) Aminah tersenyum bahagia.
Ada sembilan
kalimat yang membangun paragraf di atas. Kesembilan kalimat tersebut sama
pentingnya yang bekerja sama menggambarkan pikiran yang terdapat dalam paragraf
tersebut. Kalimat-kalimat tersebut merupakan satu kesatuan isi. Paragraf dengan
tanpa kalimat utama dipakai dalam tulisan deskriptif dan naratif.
3. Pengurutan Kalimat Utama dan Kalimat Penjelas
Kalimat utama dan
kalimat-kalimat penjelas dapat disusun menjadi paragraf yang baik dengan
menggunaka urutan tertentu. Urutan paragraf dapat disusun menurut urutan logis,
urutan kronologis, dan urutan klimaks dan antiklimaks. Urutan-urutan tersebut
akan dijelaskan berikut ini.
A. Urutan Logis
Urutan logis adalah urutan yang menyebutkan lebih dahulu hal-hal umum,
kemudian ke hal-hal yang khusus atau sebaliknya. Jadi, boleh dikatakan bahwa
kalimat-kalimat yang memuat pikiran penulis diurut secara sintetis dan
analitis.
Contoh (5):
(1) Manusia adalah
ciptaan Tuhan yag paling sempurna dan paling berkuasa di bumi atau di dunia.
(2) Dikatakan demikian sebab dia diizinkan oleh Tuhan memanfaatkan semua isi
alam ini untuk keperluan hidupnya. (3)
Meskipun demikian, manusia tidak diizinkan menyakiti, menyiksa, dan
menyia-nyiakannya.
Paragraf di atas
urutan kalimat (1), (2), dan (3) menunjukkan jalan pikiran yang masuk akal
(logis). Apabila kalimat-kalimat tersebut diubah urutannya, tentulah jalan
pikirannya tidak logis lagi.
Misalnya, kita ubah susunannya menjadi (2), (1), (3) atau (2), (3), (1),
paragraf tersebut tidak logis lagi.
B. Urutan Kronologis
Urutan kronologis adalah urutan kejadian menurut waktu, peristiwa yang
digambarkan dalam paragraf diurut menurut
tingkat perkembangannya dari waktu ke waktu, urutan tersebut dapat dipakai
dalam tulisan naratif.
Contoh (6):
(1) Tepat pukul
08.00 upacara peringatan Hari Kemerdekaan dimulai. (2) Bendera merah putih
dikibarkan diiringi lagu kebangsaan Indonesia Raya. (3) Kemudian mengheningkan
cipta untuk mengenang jasa para pahlawan yang telah gugur. (4) Dua orang
mahasiswa tampil untuk membacakan teks proklamasi dan pembukaan Undang-Undang
Dasar 1945. (5) Sesudah itu, rektor memberikan pidato sambutan tentang
Proklamasi Kmerdekaan Repyblik Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945. (6) kira-kira
pukul 10.00 upacara diakhiri dengan pembacaan doa.
C.
Urutan Klimaks dan
Antiklimaks
Urutan klimaks
adalah urutan yang dimulai dengan pernyataan biasa, kemudian lambat laun
meningkat menjadi makin penting, sampai pada paling penting, paling menonjol.
Kalimat terakhir merupakan kalimat paling penting dan menjadi klimaks dari
serangkaian pernyataan sebelumnya (lihat contoh 7a). Sebaliknya, bisa juga
dilakukan dengan memulai dengan hal-hal yang paling penting dan menonjol,
kemudian menyusul pernyataan-pernyataan yang kadar kepentingannya kurang dan di
akhiri pernyataan yang biasa. Urutan seperti ini disebut urutan antiklimaks
(lihat contoh 7b).
Contoh (7a):
(1) Pancasila
telah beberapa kali dironrong. (2) beberapa kali falsafah negara RI hendak
diubah dan preteli. (3) setiap
usaha hendak mengubah dan mempreteli Pancasila ternyata gagal. (4) Betapa pun
usaha itu telah dipersiapkan dengan matang dan teliti, semuanya tetap
dihancurkan. (5) Memang, Pancasila benar-benar sakti.
Contoh (7b):
(1) Kebahagiaan
tidak semata-mata ditentukan oleh banyaknya uang yang dimiliki oleh seseorang.
(2) uang memang penting, tetapi kebahagiaan seseorang tida bergantung pada uang
yang dimilikinya. (3) Jika kebahagiaan itu bergantung pada uang semata-mata, pastilah
hanya orang-orang kaya saja yang dapat menikmati kebahagiaan. (4) Kenyataannya,
tidak demikian. (5) Banyak orang yang kaya harta, tetapi tidak bahagia. (6)
sebaliknya, banyak orang yang miskin harta, tetapi bahagia hidupnya.
Contoh paragraf
(7b) di atas memperlihatkan urutan antiklimaks. Paragraf tersebut dimulai
hal-hal paling penting dan menonjol. Kalimat berikutnya memuat kadar isinya
makin menurun dan diakhiri dengan pernyataan biasa. Sebaliknya contoh (7a),
paragraf ini dimulai dari hal-hal yang biasa, kemudian meningkat pada hal yang
penting da menonjol dan diakhiri dengan penyataan yang kadar isinya semakin
penting dan menonjol. Urutan seperti ini disebut urutan klimaks.
4. Pengembangan Paragraf
Setiap paragraf
mempunyai satu pikiran utama dan beberapa pikiran penjelas. Pikiran utama dan
pikiran penjelas akan menjadi jelas apabila ada perincian yang cermat dan
logis. Dalam pengembangannya, pikiran utama dituangkan dalam kalimat utama,
sedangkan pikiran penjelas dituangkan dalam kalimat-kalimat penjelas sebagai
rincian kalimat penjelas.
Ada beberapa teknik pengembangan paragraf antara lain:
A.
dengan teknik dari hal-hal khusus ke umum dan dari umum ke hal-hal
khusus,
B.
dengan teknik klasifikasi,
C.
dengan teknik alasan-alasan,
D.
dengan teknik perbandingan,
E.
dengan teknik contoh-contoh,
F.
dengan teknik definisi luas, dan
G.
dengan teknik campuran.
A.
Pengembagan Paragraf dengan Teknik Hal-hal yang Khusus
Pengembangan
paragraf dengan teknik adalah pengembangan yang dimulai dari hal-hal khusus ke
umum atau sebaliknya dari umum ke hal-hal khusus. Teknik ini paling banyak digunakan dalam tulisan.
Contoh (8a):
(1)
Salah kedudukan bahasa Indonesia adalah sebagai bahasa nasional. (2) Kedudukan
ini dimiliki sejak dicetuskannya Sumpah Pemuda pada tanggal 28 Oktober 1928.
(3) Kedudukan ini dimungkinkan oleh kenyataan bahwa bahasa Melayu yang
mendasari bahasa Indonesia telah menjadi lngua franca selama
berabad-abad di seluruh tanah air kita
(4) Hal ini ditunjang oleh faktor tidak terjadinya “persaingan bahasa”,
maksudnya persaingan bahasa daerah yang satu dengan lain untuk mencapai
kedudukannya sebagai bahasa daerah.
Sebaliknya,
penulis dapat memulai dengan hal-hal yag khusus kemudian ke hal umum.
Contoh (8b):
(1) Dokumen-dokumen dan keputusan-keputusan serta
surat-menyurat yang dikeluarkan pemerintah dan badan-badan kenegaraan hanya
ditulis dalam bahasa Indonesia. (2) Pidato-pidato terutama pidato kenegaraan,
ditulis dan diucapkan dalam bahasa Indonesia. (3) hanya dalam keadaan tertentu,
demi kepentingan komunikasi antarbangsa kadang-kadang pidato resmi ditulis dan
diucapkan dalam bahasa asing, terutama bahasa Inggris. (4) Demikian pula
bahasa Indonesia dipakai oleh masyarakat dalam upacara, peristiwa, dan kegiatan
kenegaraan atau alat komunikasi timbal-balik antara pemerintah dan masyarakat.
B. Pengembangan Paragraf dengan Teknik Klasifikasi
Pengembangan paragraf dengan teknik klasifikasi dimaksudkan sebagai
upaya mencari kelompok besar dari kelompok kecil yang mencakupi objek yang
dibicarakan dalam kelas utama. Penulis harus mempunyai klasifikasi yang tepat
untuk dapat mengembangkan suatu paragraf. Melalui klasifikasi yang dilakukan
penulis, pembaca lebih mudah memahami tulisan yang disajikan.
Contoh (9) :
(1) Berdasarkan
tingkat pendidikannya, tenaga kerja yang tersedia di pasar kerja Indonesia
dapat dibagi tiga kelompok. (2) Ketiga kelompok itu adalah mereka yang mereka
yang berpendidikan dasar (SD dan SMP), yang berpendidikan menengah, dan yang
berpendidikan tinggi. (3) Kelompok yang berpedidikan dasar lebih banyak
daripada kelompok yang berpendidikan tinggi.
C.
Pengembagan
Paragraf dengan teknik Alasan-alasan
Pengembagan
paragraf dengan menggunakan teknik ini, awalnya menyajikan fakta yang menjadi
sebab terjadinya sesuatu, kemudian disusul rincian sebagai akibatnya. Dalam hal
ini sebab merupakan pikiran utama, sedangkan akibat merupakan pikiran-pikiran
penjelas.
Contoh (10):
(1) Keluarga
berencana berusaha menjamin kebahagiaan hidup keluarga. (2) Ibu tidak selalu
merana hidupnya karena seriap tahun melahirkan. (3) Bapak tidak perlu terlalu
pusing memikirkan usaha untuk mencakupi kebutuhan keluarganya. (4) Anak pun
tidak terlantar hidupnya.
D.
Pengembangan
Paragraf dengan Teknik Perbandingan
Pengembangan paragraf dengan teknik perbandingan, penulis memaparkan
persamaan dan perbedaan dua objek gagasan atau lebih.
Contoh (11):
(1) Peranan
pendidikan keterampilan pada sekolah umum dan peranan pendidikan keterampilan
pada sekolah kejuruan itu berbeda. (2) Pada sekolah kejuruan pendidikan
keterampian dimaksudkan untuk memperoleh
keterampilan guna menunjang praktik kejuruan dengan mantap. (3) Pada sekolah
umum pendidikan ketermpilan diberikan sebagai penguat pendidikan akademis. (4)
Baik sekolah umum maupun sekolah kejuruan dapat dikakatan bahwa pendidikan
keterampilan berfungsi membina
kecerdasan siswa.
E. Pengembangan dengan Teknik Contoh-contoh
Teknik contoh-contoh merupakan pengembangan paragraf dengan terlebih
dahulu dikemukakan suatu pernyataan, disebutkan rincian-rinciannya yang
disertai contoh-contoh kongkret. Contoh-contoh yang dikemukakan untuk lebih
menjelaskan rincian-rincian yang selanjutnya lebih memperjelas pikiran utama.
Contoh (12):
(1) Budaya sebagai
sumber kreativitas. (2) orang yang cerdas akan mampu mengolah kekayaan budaya
Indonesia yang luar biasa besar. (3) Produk makanan, misalnya dari Sabang
sampai Merauke ratusan ribu jenis. Pilih satu produk makanan yang potensial
untuk dibiniskan. (4) Jika diolah secara kreatif, modern, dikemas yang
sempurna, jelaskan kandungan gizinya dalam berbagai bahasa di dunia, sesuaikan
selera (rasa) menurut negara tujuan, produk makanan tersebut dapat dipastikan
membanjiri pasar dunia. (5) Selain itu, kita memiliki budaya berupa cerita
tradisonal. (6) Setiap daerah memiliki cerita yang unik. (7) Cerita ini dapat
dijadikan sumber kreativitas film, cerita petualangan, cerita yang bernilai
edukatif, dan sebagainya. (8) Cerita ini dapat dikemas menjadi cerita kartun
modern. (9) Jika dikemas sesuai dengan selera masyarakat dunia dalam CD, produk
ini pasti dapat mendatangkan manfaat yang besar. Selain bernilai komersil,
produk ini dapat berfungsi sebagai pengenalan budaya bangsa.
4.6 Pengembangan Paragraf dengan
Teknik Definisi Luas
Teknik
pengembangan paragraf dengan definisi luas ini dipakai untuk mengembangkan
pikiran utama. Semua penjelasan atau uraian menuju pada perumusan definisi itu.
Contoh (13):
(1) Apakah yang
disebut kamus? (2) Kamus adalah rekaman kata-kata yag membangun suatu
bahasa. (3) Kamus selalu berubah
seiring dengan perubahan bahasa, karena kamus tidak mendikte, memerintah
pemakaian kata-kata, tetapi kamus harus mengikutinya. (4) Kamus dapat bertindak
sebagai wasit seperti dalam pertandingan sepak bola. (5) Kamus akan mengatakan
secara tegas apakah sesuatu kata benar atau tidak. (6) Dari kamus kita dapat
belajar bentuk, jenis, dan kekerabatan kata-kata.
F. Pengembangan Paragraf dengan Teknik Campuran
Pada teknik pengembangan paragraf ini rincian-rincian terhadap kalimat
utama terdiri atas campuran dari dua atau lebih teknik pengembangan paragraf.
Misalnya, teknik pengembangan paragraf dari hal-hal khusus digabungkan dengan
teknik dengan contoh-contoh.
Contoh (14):
(1) Bahasa tutur
adalah bahasa yag dipakai dalam pergaulan sehari-hari, terutama dalam percakapan.(2)
Umumnya, bahasa tutur sederhana dan singkat bentuknya. (3) kata-kata yang
digunakan tidak banyak jumlahnya. (4) lagi pula bahasa tutur hanya menggunakan
kata-kata yag lazim dipakai sehari-hari. (5) sudah barang tentu sering
digunakan juga kata tutur, yaitu kata yang memang hanya boleh dipakai dalam
bahasa tutur, misalnya: bilang, pelan, biki, enggak, dsb. (6) Lafalnya pun
sering menyimpan dari lafal umum, misalnya: dapet (dapat), malem (malam), ampat
(empat), dsb. (7) Bahkan sering juga digunakan urutan kata yang menyimpang dari
bahasa umum, misalnya: ini hari, itu orang, dsb.
Paragraf di atas
terdiri atas tujuh kalimat. Teknik pengembangan paragraf di atas adalah
campuran dengan menggabungkan teknik umum-khusus dan contoh-contoh. Teknik umum-khusus dapat dilihat pada
rangkaian kalimat (1), (2), (3), dan (4). Adapun kalimat (5), (6), dan (7). Menggunakan teknik pengembangan paragraf
dengan contoh-contoh.
BAB
III
PENUTUP
III.1 Kesimpulan
Paragraf
merupakan sekumpulan kalimat yang dirangkai atau dihubungkan sehingga membentuk
suatu gagasan tertentu. Paragaf dibedakan menjadi tiga yaitu paragraf yang
terbentuk berdasarkan sifat dan tujuan, berdasarkan letak kalimat utamanya, dan
berdasarkan isinya. Sebuah paragraf yang baik harus memperhatikan beberapa
persyaratan agar terbentuk suatu gagasan yang mudah dimengerti oleh para
pembaca.
III.2 Saran
Agar sebuah paragraf dapat tersusun dengan baik dan
sesuai EYD diperlukan sebuah ketelitian dan pengelolaan kata yang tepat.
Menyusun sebuah paragraf harus seefektif mungkin dan dapat menyampaikan ide
pokok secara jelas sehingga mudah dipahami.
DAFTAR
PUSTAKA
·
BUKU DIKTAT
·
http://rewimolok.blogspot.com/2012/04/makalah-pembentukan-paragraf.html