My Comunity

Komunitas Blogger Wajo

MAHATMA GANDHI, PEJUANG TANPA KEKERASAN



….apabila kekerasan dibalas dengan kekerasan hanya akan melahirkan kebencian dan tidak melahirkan bibit-ninitpermusuhan baru.  Gandhi mengajarkan kita pada pentingnya memperjuangkan sesuatu berdasarkan kebenaran(satyagraha). Lebih lanjut, perjuangan itu juga harus berada di jalan yang benar dan bermoral. 
Mohandas Karamchand Gandhi lahir di Porbandar,Gujarat, India Britania, 2 Oktober 1869 dan meninggal di New Delhi, India 30 Januari 1948 umur 78 tahun. Gandhi telah mulai merintis perjuangannya sejak di berada di Afrika Selatan. Pada tahun 1893 dimana dia melihat adanya perlakuan diskriminasi yang dilakukan oleh pemerintah setempat terhadap masyarakat India, serta masyarakat kulit hitam di sanauntuk melakukan tindakan non-kooperasi terhadap pemerintah / penguasa Afrika Selatan. 
Gandhi menemukan penindasan tidak hanya pada mereka yang membangkang, namun juga pada yang luka-luka dan meregang nyawa. Dalam catatan hariannya, Gandhi menulis, "Saat itu tak ada orang Eropa yang bersedia membantu membalut luka mereka...Kami harus membersihkan luka-luka orang Zulu yang tidak dirawat setidaknya setelah lima atau enam hari yang lalu, karena itu luka-lukanya membusuk dan sangat menakutkan. Kami menyukai pekerjaan kami."Situasi itu menjadi peletup kesadaran Gandhi bahwa kekerasan tak bisa diselesaikan dengan kekerasan. Bila mata dibalas dengan mata, semua manusia akan gelap mata. Kesadaran lain yang muncul saat itu adalah bahwa ia harus memberikan pelayanan terhadap semua manusia dengan segenap jiwa raganya.
Kesadaran ini diwujudkan dalam prinsip perjuangan: bramkhacharya (mengendalikan hasrat seksual), satyagraha (kekuatan kebenaran dan cinta), swadeshi (memenuhi kebutuhan sendiri) dan ahimsa (tanpa kekerasan terhadap semua makhluk). Setelah itu, Gandhi terus-menerus melakukan perlawanan kesewenang-wenangan dengan gerakan tanpa kekerasan. Misalnya, Gandhi menolak aturan diskriminatif dengan mogok makan, berjalan kaki bermil-mil, membuat garam sendiri ketika semua rakyat harus membeli garam dari pemerintah Inggris, dan sebagainyaBagi Gandhi, hasrat seksual merupakan sumber dari kejahatan dan cenderung mementingkan diri sendiri, yaitu nafsu, amarah, dan agresi. Hasrat seksual dapat ditaklukkan melalui penolakan terhadap adanya pamrih yang selalu mengikuti perbuatan, untuk itulah ia bertekad menjalani prinsip bramkhacharya. Ketiadaan pamrih dapat dilakukan bila jiwa terikat pada prinsip Kebenaran Ilahiah. Inilah prinsip satyagraha, yaitu kepercayaan bahwa jiwa dapat diselamatkan dari kejahatan dunia, dan juga dapat memberikan pertolongan, sejauh jiwa itu senantiasa berada dalam pencariannya terhadap Tuhan melalui kebenaran dan hanya kebenaran.Swadeshi dapat diartikan dalam beberapa arti yang bermacam-macacm oleh kaum politik India itu sendiri. Ada yang mengartikan sebagai suatu boikot tak mau membeli barang-barang buatan Inggris, yakni sebagi suatu taktik pejuangan menyerang.
Ada pula yang mngartikan sebagai hanya sebagai usaha positif memajukan kerajinan sendiri, pertukangan sendiri, industrialisme sendiri. Ada yang memandangnya sebagai suatau senjata politik, dan ada yang pula yang memandangnya sebagai suatu usaha ekonomi yang bersangkutan dengan politik sama sekali.Sementara itu, ahimsa adalah kekuatan cinta, suatu penghormatan pada semua bentuk kehidupan. Ini adalah ajaran yang dimiliki semua agama, yaitu manusia memiliki kewajiban menghindari kejahatan dengan melakukan perbuatan-perbuatan baik di dunia. Tentang ahimsa Gandhi menyatakan, "Ahimsa...bukan sekadar tingkatan tidak melakukan penyerangan secara negatif tetapi...tingkatan cinta yang positif, berbuat baik bahkan kepada pelaku kejahatan". Ajaran Gandhi ini didasarkan pada beberapa asumsi. Pertama, kemerdekaan dan kesejahteraan hanya dapat dimulai dari kemandirian individu. Maka masing-masing individu-individu harus mampu menyalurkan hasrat negatifnya pada tindakan-tindakan positif.Kedua, Gandhi meyakini bahwa perkembangan dan kemajuan akan diperoleh tidak melalui konsesi-konsesi dan reformasi-reformasi konstitusional, tetapi melalui perjuangan yang dilakukan oleh rakyat sendiri secara bersama. Untuk dapat membangkitkan kebersamaan itu dibutuhkan kekuatan cinta dan kerelaan untuk mengalami penderitaan rakyat.
Cinta dan penderitaan sesama inilah yang dapat merekatkan perbedaan identitas dalam relasi saling ketergantungan yang dapat menghentikan konflik.Melalui ajarannya itu, sejak tahun 1906, Gandhi terus-menerus berjuang melawan penjajahan dengan cinta dan solidaritas. Sejak tahun itu, Gandhi menyerukan kepada seluruh rakyat India untuk membuat beberapa bentuk kerajinan tangan sehingga tak ada lagi yang akan menjadi beban masyarakat. Gandhi berseru kepada rakyat India untuk menemukan kembali hubungan yang murni dan orisinil antara manusia dengan alam, karena dia yakin bahwa perceraian dengan alam adalah sumber dari segala penyakit.Gandhi berseru agar rakyat mendidik dirinya mengenai dasar-dasar kesehatan dan lingkungan yang sehat, supaya bisa mencegah dan menghentikan bibit-bibit penyakit. Gandhi berseru agar melakukan berbagai aktivitas semacam pemeliharaan hutan dan memelihara lebah, membuat barang pecah belah dan kertas, sehingga tak ada seorang pun yang tidak mempunyai makanan, peralatan atau buku.Gandhi berseru untuk mengembangkan pendidikan dasar melalui program kerja dan belajar di sekolah, sehingga anak-anak tumbuh dengan mengetahui cara membaca, menulis dan bagaimana bekerja dengan tenaga fisik. Gandhi menyerukan kepada rakyat berpartisipasi dalam majelis-majelis desa dan dengan cara ini rakyat dapat belajar memecahkan masalahnya sendiri.Gandhi dengan ajaran anti kekerasan (ahimsa) yang dilakukan untuk kemerdekaan India telah memberi inspirasi kepada seluruh dunia. Dengan ajaran-ajarannya tersebut, hidup sederhana pun ia jalani. Dengan ahimsa perlawanannya cukup memberikan kekuatan kepada rakyat untuk turut serta melawan kekerasan. Ahimsa adalah perjuangan dengan kekuatan cinta dan kasih sayang.
Perjuangan untuk tidak menyakiti baik fisik maupun pikiran sehingga ahimsa bukan semata-mata menyakiti secara fisik. Melainkan perjuangan untuk melawan suatu ketidakbenaran. Ajaran ahimsa yang dianut oleh Gandhi menurut penulis merupakan bentuk representasi dari pengalaman uang diterimanya dalam lingkingan keluarganya, karena sebagaimana yang telah diketahui bahwa Gandhi berasal dari keluarga yang religius yang menghargai nilai-nilai kemanusiaan dan rasa cinta kasih terhadap sesame.Ajaran selanjutnya dari Gandhi adalah swadesi atau berusaha untuk mandiri dengan mencukupi kebutuhan diri sendiri. Ini tidak serta merta dilakukan begitu saja, namun harus dibangun sistem untuk menciptakan kekuatan baik pada diri maupun kepada rakyat. Misalnya membangun perekonomian yang menghidupkan kekuatan masyarakat sehingga menghilangkan ketergantungan pada pihak asing. Pendidikan juga memiliki peran penting dalam mewujudkan kemandirian ini, karena disinilah karakter masyarakat dibentuk untuk melakukan pengendalian diri. Bagi penulis, ajaran ini merupakan bentuk kekhawatiran Gandhi terhadap masuknya produk-produk asing ke India sehingga masyarakat India semakin konsumtif untuk itulah kemudian dia mengajak rakyat India agar mau untuk memproduksi barang-barangnya sendiri tanpa harus bergantung terhadap produk asing.Bramkhacharya merupakan salah satu prinsip ajaran Gandhi yang terlihat tidak terlalu menonjol dibanding ajaran-ajarannya yang lain.
Ajaran ini memusatkan diri pada pengendalian hawa nafsu (seksual), dimana dia beranggapan bahwa segala kejahatan di muka bumi ini dapa diredam apabila manusia dapat mengendalikan hawa nafsunya. Bagi penulis ajaran tersebut cukup baik, namun mematikan hasrat seksual bagi manusia dapat menghancurkan peradaban manusia itu sendiri.Melalui satyagraha, berpegang teguh pada kebenaran yang dibarengi dengan teladan membuat Gandhi diikuti oleh banyak pengikutnya. Apalagi dengan ditambah kejujuran dan kesederhanaan Gandhi. Satyagraha menekankan sebuah perjuangan menentang ketidakadilan melalui kesediaan diri menanggung penderitaan. Beberapa gerakan satyagraha yang dipimpin Gandhi di India adalah berjuang untuk para petani miskin pribumi Champaran, pemogokan buruh pabrik di Ahmedabad dan Kheda, melakukan pembaruan pada Konggres Nasional India dan yang paling fonumental adalah mengubah resolusi penting menuntut status dominian bagi India dibawah pengawasan gerakan Satyagraha di seluruh India di Kalkutta pada Desember 1928.
Gandhi adalah pemimipin yang paling inspirasional pada awal abad 20. Advokasinya tentang aksi ketidakpatuhan warga serta tanpa kekerasan adalah cara yang paling efektif untuk mencapai perubahan sosial yang mempengaruhi pergerakan-pergerakan lain di dunia, seperti perjuanagan Marthin Luther King Jr. di Amerika Serikat yang terinspirasi oleh perjuangannya dalam menuntut persamaan hak dan penghapusan tindakan diskriminasi antara masyarakat kulit putih terhadap masyarakat kulit hitam.Jika ajaran Mahatma Gandhi diikuti, relatif hal itu akan bisa terhindari. Andaikan banyak pihak mau mengikuti gerakan ahimsa (ajaran yang menolak kekerasan), maka korban kemanusiaan tidak akan terjadi. Karena apabila kekerasan dibalas dengan kekerasan hanya akan melahirkan kebencian dan tidak melahirkan bibit-ninit permusuhan baru.  Gandhi mengajarkan kita pada pentingnya memperjuangkan sesuatu berdasarkan kebenaran (satyagraha). Lebih lanjut, perjuangan itu juga harus berada di jalan yang benar dan bermoral.

Setidaknya ada 10 ajaran Mahatma Gandhi yang cukup dikenal oleh dunia. Berikut kutipannya.
1. Change Yourself
“You must be the change you want to see in the world.”
Kau sendiri mesti menjadi perubahan seperti yang kau inginkan terjadi dalam dunia ini

2. You are in Control.
“Nobody can hurt me without my permission.”
Tak seorang pun dapat menyakitiku bila aku tidak mengijinkannya.

3. Forgive and Let it Go.
“The weak can never forgive. Forgiveness is the attribute of the stron. An eye for eye only ends up making the whole world blind.”
Seorang lemah tidak dapat memaafkan. Kemampuan untuk memaafkan hanyalah ada pada mereka yang kuat. Bila pencungkilan mata dibalas dengan mencungkil mata, maka seluruh dunia akan menjadi buta.

4. Without Action You aren’t Going Anywhere.
“An ounce of practice is worth more than tons of preaching.”
Satu ons tindakan lebih baik daripada berton-ton dakwah.


5. Take care of this moment.
“I do not want to foresee the future. I am concerned with taking care of the present. God has given me no control over the moment following.”
Aku tidak tertarik untuk melihat apa yang dapat terjadi pada masa depan. Aku tertarik dengan masa kini. Tuhan tidak memberiku kendali terhadap apa yang dapat terjadi sesaat lagi.

6. Everyone is Human.
“I claim to be a simple individual liable to err like any other fellow mortal. I own, however, that I have humility enough to confess my errors and to retrace my steps.”
Aku hanyalah seorang manusia biasa yang dapat berbuat salah seperti orang lain juga. Namun, harus kutambahkan bahwa aku memiliki kerendahan hati untuk mengakui kesalahan-kesalahanku dan memperbaikinya.

7. Persist.
“First they ignore you, then they laugh at you, then they fight you, then you win.”
Awalnya, mereka meremehkanmu, kemudian mereka menertawakanmu, dan melawanmu, lalu engkau keluar sebagai pemenang.

8. See the Good in People and Help Them.
“I look only to the good qualities of men. Not being faultless myself, I won’t presume to probe into the faults of others.”
Aku hanya melihat sifat-sifat baik di dalam diri sesama manusia. Karena, diriku sendiri tidak sepenuhnya bebas dari keburukan, maka aku tidak membedah orang lain untuk mencari keburukan mereka.
“Man becomes great exactly in the degree in which he works for the welfare of his fellow-men”.
Manusia menjadi besar selaras dengan kebaikan yang dilakukannya bagi sesama manusia.
“I suppose leadership at one time meant muscles; but today it means getting along with people”.
Barangkali otot menjadi tolok ukur bagi kepemimpinan pada masa lalu. Sekarang, tolok ukurnya adalah hubungan dengan sesama manusia.

9. Be Congruent, be Authentic, be Your True Self.
“Happiness is when what you think, what you say, and what you do are in harmony.” Keselarasan antara apa yang kau pikirkan, apa yang kau ucapkan, dan apa yang kau lakukan – itulah kebahagiaan.
“Always aim at complete harmony of thought and word and deed. Always aim at purifying your thoughts and everything will be well.”
Jadikanlah keselarasan antara pikiran, ucapan, dan tindakan sebagai tujuanmu. Jadikanlah pemurnian pikiran sebagai tujuanmu – maka semuanya akan beres.

10. Continue to Grow and Evolve.
“Constant development is the law of life, and a man who always tries to maintain his dogmas in order to appear consistent drives himself into a false position.”
Perkembangan terus-menerus itulah hukum alam. Seseorang yang ingin bertahan dengan dogma-dogma (lama) untuk menunjukkan konsistensi diri, sesungguhnya berada pada posisi yang salah.

Mahasiswa Teknik Unhas Sebagai Agent Of Change Dengan Gerakan Aktif Tanpa Kekerasan


GOWA-- Mahasiswa Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin Gowa berkomitmen untuk mewujudkan kampus tanpa kekerasan. Komitmen ini dituangkan dalam petisi "Teknik Damai Tanpa Kekerasan" yang dideklarasikan di sela pelatihan Peer Mentor dan Training of Trainer Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin di kampus Unhas Gowa, Minggu (31/7).
Petisi ini berisi tiga poin pernyataan sikap yakni, menolak segala bentuk kekerasan fisik, verbal, dan mental di fakultas teknik, bersedia mewujudkan budaya gerakan tanpa kekerasan berdasarkan nilai-nilai kebenaran dan kemanusiaan, menjunjung tinggi solidaritas, dan loyalitas berdasarkan asas kekeluargaan.
Salah seorang mahasiswa, Dwiki Timur Pratama mengatakan, petisi ini merupakan komitmen bersama seluruh mahasiswa untuk mengubah citra Fakultas Teknik Unhas yang selama ini sering diidentikkan dengan budaya kekerasan. Menurut dia, citra buruk yang selama ini melekat di masyarakat itu harus segera diubah.
"Fakultas Teknik Unhas ke depan harus menjadi kampus berkemajuan yang damai tanpa kekerasan," katanya.
Ia menambahkan, kampus Fakultas Teknik Unhas Gowa nantinya mesti bebas dari tindak kekerasan baik fisik maupun psikis. Kampus harus kembali lebih dihidupkan dengan aktivitas-aktivitas keilmuan, seperti diskusi ilmiah, penelitian, dan lain sebagaianya.
"Setelah deklarasi komitmen ini, kami akan melakukan aksi kampanye di lingkungan kampus agar cita-cita ini bisa terwujud. Seperti membudayakan diskusi dan menulis," kata Dwiki.
Wakil Dekan III Fakultas Teknik Unhas, Daeng Paroka, Phd menyambut baik komitmen perubahan itu. Menurut dia, penghapusan budaya kekerasan di kampus Unhas adalah sebuah keharusan.
"Kampus kita sudah bertransformasi dari Tamalanrea ke Gowa. Maka, sudah seharusnya citra buruk ini juga diubah," kata dia.
Komitmen mewujudkan kampus tanpa kekerasan ini merupakan kesimpulan akhir dari pelatihan Peer Mentor dan Training of Trainer Fakultas Teknik Unhas yang digelar sejak 29-31 Juli 2016. Pelatihan ini diselenggarakan dan dikelola oleh Bagian Kemahasiswaan Fakultas Teknik Unhas bekerjasama dengan lembaga pemberdayaan Pattingalloang Muda Institute.
Pelatihan ini diisi dengan berbagai kegiatan seperti diskusi ilmiah, bedah film, outbond, talkshow dan ajang unjuk kreativitas yang digelad diakhir acara.(*)


 

PUISI PERPISAHAN



Cerita Diambang Pisah
Oleh : M.Jafar ZM

Tiga tahun yang silam engkau datang                               
Hadir seadanya di kampus ini
Engkau nampak lugu dan lucu
Kadang tutur dan tingkahmu terlihat haru biru
Engkau benar-benar hijau di dunia barumu

Banyak yang engkau tak kenal dan mengerti
Satu demi satu engkau susuri kampus ini
Menyelami dengan nuranimu yang penuh ambisi
Hingga engkau paham hakikat keberadaanmu
Disini, mulai engkau tancapkan cita dan semangat
Mewujudkan sejuta harapan bersama jiwa kampus ini
Untuk menggapai hari esok yang pasti

Seiiring perjalanan waktu
Tekadmu kian menggelora
Langkahmu kian tertuju dan fasih
Jiwa dan ragamu kian tercerahkan
Secerah senyummu yang terus menebar pesona
Pertanda engkau telah menemukan jati dirimu

Hari demi hari langkahmu terus dikayuh
Cerita terus terbentangkan
Kenangan kian terukirkan
Prestasi terus di raih dan ditorehkan
Raih bersama ilmu dan kearifan gurumu

Kalian tumbuh semakin kokoh
Semakin cerdas dan arif
Arif oleh pancaran kasih gurumu
Terpatri bersama keteladanan tutur dan perangai gurumu
Membekas dan memancarkan cahaya
Yang takkan pernah padam

Kampus ini telah memberimu sosok
Telah membasuhmu air kesejukan
Kampus yang menunutunmu pada arah  kemuliaan derajat
Menanamkan sendi-sendi keabadian

Kalian telah berada di tapal batas
Akhir dari fase perjalanan panjang
Perjalanan yang menggoreskan rasa pilu yang amat dalam
Oleh takdir yang tak mungkin terelakkan
Selamat jalan para patriot
Selamat meraih bintangmu yang tertinggi
Doa kami tetap terpatri disini
Selamat berpisah…berpisah…pisah…pisah…

Makalah Pembentukan Paragraf



Tugas MKU
Bahasa Indonesia
MAKALAH
PEMBENTUKAN PARAGRAF



KELOMPOK 5
·         (D62115012) NUR ALFARISI
·         (D62115022) ANDI AHMAD FAUZAN NUR
·         (D62115301) WARDAYANTI
·         (D62115312) LIESER TALEBONG
·         (D62115508) FADLY KURNIAR JUFRI
·         (D62115702) OLIVIA WAERLUKA

Program Studi : Teknik Pertambangan

FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN
2015





KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala limpahan rahmat, thaufiq, dan hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan Makalah ini mengenai Pembentukan Paragraf.
Makalah ini membahas mengenai ruang lingkup kajian meliputi tema antara lain pengertian paragraf, tujuan pembentukan paragraf, jenis-jenis paragraf, pikiran utama dan pikiran penjelas, struktur paragraf dan syarat pembentukan paragraf.
Kami mengucapkan banyak terima kasih kepada Ibu Hj. Indarwati, S.S.C., M.Hum. atas segala arahan dan bimbingan sehingga kami dapat menyelasaikan makalah ini.
Kami menyadari bahwa makalah Pembentukan Paragraf yang kami susun ini belumlah sempurna, maka dari itu kami mengharapkan saran dan krtitikan yang membangun dari pembaca.
Demikianlah makalah kami ini, atas perhatiannya kami mengucapkan banyak terima kasih.
                                                                                               Gowa, 5 September 2015


                                                                                               Kelompok 5















 
DAFTAR ISI
Halaman Judul ............................................................................................................
Kata Pengantar ...........................................................................................................
Daftar Isi.....................................................................................................................
Bab I Pendahuluan.......................................................................................................
       I.1   Latar Belakang .............................................................................................
       I.2  Rumusan Masalah..........................................................................................
       I.3 Tujuan..............................................................................................................
Bab II Pembahasan......................................................................................................
       II.1 Pengertian Paragraf........................................................................................
       II.2 Tujuan Pembentukan Paragraf......................................................................
       II.3 Ciri Paragraf..................................................................................................
       II.4 Fungsi Paragraf..............................................................................................
       II.5 Jenis Paragraf.................................................................................................
       II.6 Syarat Paragraf yang Baik............................................................................
       II.7 Pengembangan Paragraf................................................................................
       II.8 Penempatan Pikiran Utama...........................................................................
       II.9 Pengurutan Kalimat Utama dan Kalimat Penjelas........................................
       II.10 Pengembangan Paragraf Berdasarkan Alur Pikir........................................
Bab III Penutup............................................................................................................
       III.1 Kesimpulan....................................................................................................
       III.2 Saran..............................................................................................................
Daftar Pustaka.............................................................................................................




BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Umumnya kesulitan pertama membuat karya tulis ilmiah adalah mengungkapkan pikiran menjadi kalimat dalam bahasa ilmiah. Sering dilupakan perbedaan antara paragraf dan kalimat. Suatu kalimat dalam tulisan tidak berdiri sendiri, melainkan kait-mengait dalam kalimat lain yang membentuk paragraph, paragraf merupaka sanian kecil sebuah karangan yang membangun satuan pikiran sebagai pesan yang disampaikan oleh penulis dalam karangan.
Paragraf atau alinea adalah suatu bentuk bahasa yang biasanya merupakan hasil penggabungan beberapa kalimat. Dalam upaya menghimpun beberapa kalimat menjadi paragraph, yang perlu diperhatikan adalah kesatuan dan kepaduan. Kesatuan berarti seluruh kalimat dalam paragraf membicarakan satu gagasan(gagasan tunggal).Kepaduan berarti seluruh kalimat dalam paragraf itu kompak, saling berkaitan mendukung gagasan tunggal paragraf.
Dalam kenyataannya kadang-kadang kita menemukan alinea yang hanya terdiri atas satu kalimat, dan hal itu memang dimungkinkan. Namun, dalam pembahasan ini wujud alinea semacam itu dianggap sebagai pengecualian karena disamping bentuknya yang kurang ideal jika ditinjau dari segi komposisi, alinea semacam itu jarang dipakai dalam tulisan ilmiah. Paragraf diperlukan untuk mengungkapkan ide yang lebih luas dari sudut pandang komposisi, pembicaraan tentang paragraf sebenarnya ssudah memasuki kawasan wacana atau karangan sebab formal yang sederhana boeh saja hanya terdiri dari satu paragraf. Jadi, tanpa kemampuan menyusun paragraf, tidak mungkin bagi seseorang mewujudkan sebuah karangan.
Kalimat-kalimat yang telah dibuat dan disusun secara efektif perlu dihimpun dan dipadukan satu sama lain dengan membentuk satuan yang lebih besar, yaitu paragraf. Dalm upaya pembentukan paragraf tersebut, penulis hendaknya memperhatikan adanya kepaduan antarkalimat sebagai unsur pembentuknya. Melalui paragraf yang telah dibentuk, seorang penulis dapat menyusun dan mengembangkan isi pikirannya secara bertahap dan tertib sehingga maksud penulis mudah dipahami dan diterima oleh pembaca. Oleh sebab itu, terampil menulis paragraf perlu dikuasai oleh setiap orang yang memiliki aktivitas menulis, terutama bagi mereka yang ingin menulis karya tulis ilmiah. Agar dapat terampil menulis paragraf yang baik, seseorang harus banyak berlatih.
I.2 Rumusan Masalah
1.      Apakah pengertian paragraf?
2.      Apakah tujuan dari pembentukan suatu paragraf?
3.      Bagaimanakah cara membedakan sutau paragraf yang baik?
4.      Bagaimanakah cara membedakan jenis-jenis paragraf?
5.      Bagaimanakah cara membedakan pikiran utama dan pikiran penjelas?
6.      Bagaimanakah cara menjelaskan syarat-syarat terbentuknya suatu paragraf?
I.3 Tujuan
1.      Dapat menjelaskan pengertian paragraf
2.      Dapat menjelaskan tujuan dari pembentukan suatu paragraf
3.      Dapat  membedakan sutau paragraf yang baik
4.      Dapat  membedakan jenis-jenis paragraf
5.      Dapat  membedakan pikiran utama dan pikiran penjelas
6.      Dapat cara menjelaskan syarat-syarat terbentuknya suatu paragraf






















BAB II
PEMBAHASAN
II.1 Pengertian Paragraf
Paragraf adalah satu kesatuan pikiran yang lebih tinggi dan lebih luas daripada kalimat. Sebagai satuan pikiran yang lebih tinggi dan lebih luas, paragraf terdiri atas kumpulan atau rangkaian kalimat yang mendukung suatu ide pokok yang tertuang dalam kalimatutama atau kalimat topik. Ide pokok tersebut akan menjadi penjelas apabila didukung oleh ide-ide penjelas.
Pengertian di atas memberikan pemahaman kepada kita bahwa sebuah paragraf terdiri atas beberapa kalimat. Akan tetapi, dalam kenyataannya kadang-kadang kita menemukan paragraf yang hanya terdiri atas satu kalimat. Hal ini memang dimungkinkan. Namun, dalam pembahasan bab ini wujud paragraf semacam itu dianggap sebagai pengecualian. Jika ditinjau dari segi komposisi memililki bentuk yang kurang ideal dan juga jarang dipakai dalam tulisan ilmiah.
Setiap paragraf hanya boleh mengandung satu ide pokok. Perhatikan contoh paragraf (1) berikut.
Contoh (1) :
(a) Dalam perkembangan bahasa Indonesia selalu mengalami perubahan. (b) Perubahan itu antara lain berupa penambahan kata-kata baru, baik dari bahasa daerah maupun dari bahasa asing. (c) Penambahan yang berasal dari bahasa asing, misalnya astronout, kosmonaut, satelit, komputer, dan televisi. (d) Penambahan kata-kata baru itu dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dalam komunikasi.
Paragraf tersebut terdiri atas empat kalimat, semuanya membicarakan perkembangan bahasa Indonesia. Ide pokok (pikiran utama) paragraf tersebut adalah “perkembangan bahasa Indoenesia” yang tertuang dalam kalimat (a). Kalimat (b), (c), dan (d) merupakan kalimat penjelas karena ketiga kalimat itu menjelaskan ide pokok pada kalimat utamanya.

II.2 Tujuan Pembentukan Paragraf
Kita akan kesulitan memahami isi suatu paragraf apabila kita mambaca sebuah tulisan yang tidak tersusun atas kesatuan paragraf. Keteraturan penyajian gagasan dalam karya tulis dapat dilakukan jika setiap paragraf hanya memuat satu ide pokok yang dinyatakan dalam kalimat utama. Gagasan bawahan yang berfungsi sebagai ide penjelas terhadap ide pokok dinyatakan dalam kalimat-kalimat yang lain.
Penyusunan paragraf dalam karya tulis mempunyai dua tujuan, yaitu: pertama, memudahkan pengertian dan pemahaman dengan cara menyekat -nyekat ide pokok yang satu dari ide pokok yang lain berdasarkan keharusan untuk mengungkapkan satu ide pokok saja pada setiap paragraf. Hal ini sekaligus menunjukkan adanya penghentian secara wajar dan formal sebelum beralih ke paragraf berikutnya. Jika terdapat dua atau lebih ide pokok, paragraf tersebut perlu dipecah menjadi dua atau lebih paragraf. Kedua, memudahkan pembaca mengikuti uraian penulis secara sistematis dari ide yang satu ke ide yang lain sehingga pemusatan perhatian dapat dilakukan terhadap setiap ide yang diungkapkan dalam karya tulis tersebut.
Contoh (2) :
(a)Saharuddin Dg. Gassing tidak tahu banyak tentang desa kelahirannya. (b) Ia tidak tahu-menahu mengapa desanya itu dinamai desa Bontomarannu. (c) Ia tidak tahu-menahu mengapa Bontomarannu dan Bontomanai ( desa tetangga ) kini mengering. (d) Ia juga tidak tahumengapa nenek moyangnya dahulu sampai ke desa itu. (e) Meski sudah uzur, Saharuddin Dg. Gassing masih gesit dan cekatan. (f) Begitu bangun pagi, tanpa harus minum kopi dahulu, ia sudah memikul cangkul menuju sawah garapannya. (g) Ia terus mengayunkan cangkulnya membongkar tanah liat yang sudah mengeras oleh musim kemarau yang panjang.
Paragraf contoh (2) di atas tidak dapat disebut paragraf yang baik sebab mengandung dua ide pokok, yaitu kalimat (a) dan kalimat (e). Oleh karena itu, paragraf tersebut dipecahkan menjadi dua paragraf seperti yang telihat pada contoh berikut.
Contoh (2a) :
(a) Saharuddin Dg. Gassing tidak tahu banyak tentang desa kelahirannya. (b) Ia tidak tahu-menahu mengapa desanya itu dinamai desa Bontomarannu. (c) Ia tidak tahu-menahu mengapa Bontomarannu dan Bontomanai ( desa tetangga ) kini mengering. (d) Ia juga tidak tahu mengapa nenek moyangnya dahulu sampai ke desa itu.
(a) Meski sudah uzur, Saharuddin Dg. Gassing masih gesit dan cekatan. (b) Begitu bangun pagi, tanpa harus minum kopi dahulu, ia sudah memikul cangkul menuju sawah garapannya. (c) Ia terus mengayunkan cangkulnya membongkar tanah liat yang sudah mengeras oleh musim kemarau yang panjang.
II.3 Ciri-ciri Pararaf
1.      Paragraf menggunakan pikiran utama (gagasan utama) yang dinyatakan dalam kalimat topik
2.      Setiap paragraf memiliki satu kalimat topik dan yang lainnya merupakan kalimat penjelas
3.      Paragraf menggunakan pikiran penjelas (gagasan utama)
II.4 Fungsi Paragraf
Mengekpresikan gagasan tertulis dengan memberi bentuk suatu pikiran dan perasaan ke dalam serangkaian kalimat yang tersusun secara logis, dalam suatu kesatuan
1.      Menandai peralihan (pergantian), gagasan baru bagi karangan yang terdiri dari beberapa paragraf ganti (ganti pikiran)
2.      Memudahkan pemahaman bagi pembacanya;
3.      Memudahkan pengembangan topik karangan ke dalam satuan-satuan unit pikiran yang lebih kecil
4.      Memudahkan pengendalian variabel terutama karangan yang terdiri atas beberapa variabel.
II.5 Jenis-jenis Paragraf                                     
Dalam pembuatan karya tulis, kita sering menemukan perbedaan antara alinea/paragraf yang satu dengan yang lainnya. Berikut ini jenis-jenis paragraf yang terdiri dari tiga aspek.
1. Berdasarkan Letak Kalimat Topiknya.
    Berdasarkan letak kalimat topiknya paragraf dibagi atas:
     a. Paragraf Deduksi
Paragraf deduksi artinya paragraf yang memiliki pikiran utama pada awal alinea, sedangkan kalimat selanjutnya merupakan kalimat penjelas. Paragraf deduksi sering juga disebut paragraf umum ke paragraf khusus. Contoh paragrafnya adalah paragraf yang memiliki isi kalimat penjelas, uraian, analisis, contoh-contoh, keterangan atau rincian kalimat topik.
Contohnya :
" Olahraga akan membuat badan kita menjadi sehat dan tidak mudah terserang penyakit. Fisik orang yang berolahraga dengan yang jarang atau tidak pernah berolahraga sangat jelas berbeda. Contohnya jika kita sering berolahraga fisik kita tidak mudah lelah, sedangkan yang jarang atau tidak pernah berolahraga fisiknya akan cepat lelah dan mudah terserang penyakit."

     b. Paragraf Induksi
Paragraf induksi (khusus ke umum) yaitu paragraf yang kalimat utamanya terletak pada akhir kalimat. Artinya, kalimat-kalimat awal merupakan kaimat penjelas, sedangkan kalimat akhir merupakan kalimat utamanya.
Contohnya:
" Pak Sopian memiliki kebun kakao seluas 1 hektar. Tetangganya, Pak Gatot, juga memiliki kebun kakao seluas 1 hektar. Adik Pak Gatot, Ali Bashya, malah memiliki kebun kakao yangt lebih luas daripada kakaknya, yaitu 2,5 hektar. Tahun ini merupakan tahun ketiga bagi mereka memanen kakao. Seperti mereka, dari 210 penduduk petani di Desa Sriwaylangsep, 175 kepala keluarga berkebun kakao. Maka, tidaklah heran apabila Desa Sriwaylangsep tersebut dikenal dengan Desa Kakao.

     c. Paragraf Kombinasi (Deduksi-Induksi)
Kalimat utamanya pada sebuah paragraf pada hakekatnya hanya memiliki satu kalimat utama. Tapi, pada paragraf kombinasi, kalimat utamanya bisa terletak pada awal atau juga bisa terletak pada akhir paragraf. Jika dikatakan kombinasi, karena jika kalimat utamanya terletak pada awal kalimat, maka akan ditegaskan pada akhir kalimat, begitu juga sebaliknya. Sehingga, paragraf ini sering disebut paragraf deduktif-induktif.
" Pemerintah menyadari bahwa rakyat Indonesia memerlukan rumah yang kuat,murah, dan sehat. Pihak dari pekerjaan umum sudah lama menyelidiki bahan rumah yang murah, tetapi kuat. Tampaknya bahan perlit yang diperoleh dari batuan gunung beapi sangat menarik perhatian para ahli. Bahan ini tahan api dan air tanah. Usaha ini menunjukan bahwa pemerintah berusaha membangun rumah yang kuat, murah dan sehat untuk memenuhi kebutuhan rakyat."


d. Paragraf Penuh (Deskripsi)
Paragraf penuh maksudnya paragraf penuh dengan kalimat topik, seluruh kalimat yang membangun suatu paragraf sama pentingnya sehingga tidak satupun kalimat yang khusus menjadi kalimat topik. Paragraf ini sering dijumpai dalam uraian-uraian yang bersifat deskriptif dan narasi terutama dalam karangan fiksi.
Contohnya:
" Pagi hari itu aku berolahraga di sekitar lingkungan rumah. Dengan udara yang sejuk dan menyegarkan. Di sekitar lingkungan rumah terdengar suara ayam berkokok yang menandakan pagi hari yang sangat indah. Kuhirup udara pagi yang segar sepuas-puasku."

2. Berdasarkan Sifat Isinya (Bedasarkan Bentuk Pengembangannya)
            a. Paragraf Argumentasi
Paragraf yang berusaha mengungkapkan pendapat dan sikap penulis. Sikap dan pendapat penulis diungkapkan dalam bentuk fakta. Ciri khas paragraf argumentasi terletak pada pendapat yang disertai dengan alasan yang mendukung. Contohnya karya ilmiah, makalah, skripsi, tesis dan disertasi.
Contoh : “Menurut Ketua panitia, Derrys Saputra, mujur merupakan kegiatan rutin yang diselenggarakan oleh HMTK untuk memilih ketua dan wakil HMTK yang baru. Bersamaan dengan berakhirnya masa jabatan kepengurusan MHTK periode 2008 – 2009, maka sebagai penggantinya dilakukan mujur untuk memilih ketua dan wakil HMTK yang baru untuk masa kepengurusan 2009 – 2010.”

     b. Paragraf Persuasi
Paragraf persuasi adalah paragraf yang isinya berupa ajakan yang mengajak pembaca dengan mengemukakan alasan, contoh dan bukti yang kuat, untuk meyakinkan pembaca, atau pendengar sehingga pembaca membenarkan dan mengikuti ajakan penulis. Contohnya majalah, surat, surat kabar, radio, selebaran, kampanye dan lain-lain.
Contoh : “Marilah kita membuang sampah pada tempatnya, agar lingkungan kita bebas dari banjir dan bebas dari penyakit yang disebabkan oleh sampah – sampah yang di buang tidak pada tempatnya. Oleh karena itu, perlu kesadaran pada diri kita masing – masing untuk membuang sampah pada tempatnya.

     c. Paragraf Deskripsi/Deskriptif
Paragraf deskripsi adalah paragraf yang melukiskan atau menggambarkan objek yang sedang dibicarakan atau dituliskan sehingga pendengar atau pembaca seolah-olah melihat objek yang sedang dibicarakan. Atau dengan kata lain paragraf deskripsi menaruh harapan pada pembaca atau pendengar seolah-olah melihat keadaan peristiwa tersebut secara langsung. Biasanya digunakan dalam karya sastra dan biografi seseorang.
Contoh :“Rachmat Djoko Pradopo lahir 3 November 1939 di Klaten, Jawa Tengah. Tamat SD dan SMP (1955) di Klaten, SMA II (1958) di Yogyakarta. Masuk Jurusan Sastra Indonesia Universitas Gadkah Mada, tamat Sarjana Sastra tahun 1965. pada tahun 1978 Rachmat mengikuti penataran sastra yang diselenggarakan oleh Pusat Bahasa Jakarta bersama ILDEP dan terpilih untuk melanjutkan studi di Pascasarjana Rijkuniversiteit Leiden, Nederland, tahun 1980 – 1981, di bawah bimbingan Prof. Dr. A. Teeuw”.

d. Paragraf Eksposisi
Paragraf eksposisi adalah paragraf yang bersifat memaparkan, menjelaskan, menerangkan, dan menguraikan sesuatu. Jenis paragraf ini bertujuan untuk memperluas atau menambah wawasan pembaca atau pendengar. Bentuk paragraf ini biasa dipakai untuk memaparkan cara membuat sesuatu, cara menggunakan sesuatu. Contohnya penulisan cara kerja sebuah mesin, cara mengkomsumsi obat-obatan dan sebagainya.
Contoh : “Kini hadir mesin cuci dengan desain bunga chrysant yang terdiri dari beberapa pilihan warna, yaitu pink elegan dan dark red untuk ukuran tabung 15 kg. Disamping itu, mesin cuci dengan bukaan atas ini juga sudah dilengkapi dengan LED display dan tombol-tombol yang dapat memudahkan penggunaan. Adanya fitur I-sensor juga akan memudahkan proses mencuci”.

e. Paragraf Narasi/Naratif
Paragraf narasi adalah paragraf yang menceritakan kejadian atau peristiwa dari awal sampai akhir yang dikaitkan dengan kurun waktu tertentu dalam bentuk perceritaan. Paragraf narasi berusaha menceritakan atau menuliskan kejadian-kejadian yang ingin disampaikan penulis berdasarkan urutan waktu. Biasanya digunakan dalam bentuk riwayat hidup, novel, cerpen dan roman.
Contoh : “ Pada game pertama, Kido yang bermain dengan lutut kiri dibebat mendapat perlawanan ketat Chai/Liu hingga skor imbang 16 – 16. pada posisi ini, Kido/Hendra yang lebih berpengalaman dalam berbagai kejuaraan memperlihatkan keunggulan mereka.”

3. Berdasarkan posisi dan fungsinya dalam paragraf
a.       Paragraf Pembuka
Paragraf pembuka merupakan paragraf yang berfungsi sebagai pengantar menuju masalah yang akan dibahas. Sebagai bagian yang mengawali sebuah karangan. Paragraf pembuka harus dapat difungsikan untuk mengantar pokok pembicaraan, menyiapkan pembaca untuk mengetahui isi seluruh karangan. Bentuk-bentuk berikut ini dapat dimanfaatkan sebagai bahan menulis paragraf pembuka, yaitu:
1) kutipan, pribahasa, anekdot atau cerita yang lucu, singkat dan mengesankan;
2) uraian mengenai pokok pembicaraan;
3) sesuatu tantangan atas pendapat atau pernyataan seseorang;
4) uraian tentang pengalaman pribadi;
5) uraian tentang maksud dan tujuan penulis;
6) sebuah pertanyaan;
7) memberikan latar belakang suasana atau watak;
8) melukiskan sejarah atau riwayat hidup seseorang;
9) memberi ringkasan isi karangan.

b.  Paragraf Penghubung atau Pengembang
Merupakan paragraf yang bertujuan mengembangkan pokok pembicaraan suatu karangan yang telah dirumuskan dalam paragraf pembuka. Paragraf pengembang dalam karangan dapat difungsikan sebagai berikut:
1) mengemukakan inti persoalan;
2) memberi ilustrasi dan contoh;
3) menjelaskan hal yang akan diuraikan pada paragraf berikutnya;
4) meringkaskan paragraf berikutnya;
5) mempersiapkan dasar atau landasan bagi simpulan.

c.  Paragraf Penutup
Merupakan paragraf yang berfungsi mengakhiri bagian suatu karangan atau seluruh karangan. Paragraf ini biasanya berisi simpulan atau saran atau bahkan penegasan kembali paragraf pembukanya. Paragraf penutup harus memperhatikan beberapa hal sebagai berikut:
1) Sebagai paragraf penutup, maka paragraf ini tidak boleh terlalu panjang
2) Isi paragraf harus berisi simpulan sementara atau simpulan akhir sebagai    cerminan inti seluruh uraian.

II.6 Syarat Paragraf yang Baik
Paragraf yang baik harus mempunyai syarat kesatuan, kepaduan, ketuntasan, kerututatan, dan konsistensi penggunaan sudut pandang.
                 I.            Kesatuan Paragraf (Kesatuan Pikiran)
Paragraf yang baik hanya mempunyai satu pokok pikiran. Pokok pikiran tersebut ditempatkan dalam kalimat utama. Adapun kalimat-kalimat pengembang berupa pikiran-pikiran penjelas menjelaskan pikiran utama. Tidak satupun kalimat pengembang yang tidak menjelaskan pikiran utama. Apabila ada kalimat pengembang yang tidak menjelaskan pikiran utama maka paragraf tersebut rusak kesatuannya.
Contoh (3):
(1) Kebebasan berekspresi berdampak pada pengembangan kreativitas baru. (2) Beberapa siswa tingkat SD sampai dengan tingkat SMU/SMK berhasil menjuarai olimpiade fisika dan matematika. (3) Walaupun kebutuhan ekonomi masyarakat relatif rendah, beberapa siswa berhasil memenangkan kejuaraan dunia dalam lomba tersebut, (4) Kreativitas baru tersebut membanggakan.
Contoh paragraf di atas tanpa kesatuan pikiran. Kalimat (1) sampai dengan kalimat (3) menggunakan pikiran utama yang berbeda-beda. Masing-masing tidak membahas satu pikiran yang sama. Kalimat (4) mempunyai hubungan dengan kalimat satu. Akibatnya, paragraf menjadi tidak jelas struktur dan maknanya. Badingkan dengan paragraf berikut  ini
Contoh (4):
(1) Kebebebasan berekspresi berdampak pada pengembangan kretivitas baru, (2) Dengan kebebasan ini, para guru  dapat leluasa mengajar siswanya sesuai dengan basis kompetensi siswa dan lingkungannya. (3) Kondisi kebebsan tersebut menjadikan pembelajaran berlangsung secara alami, penuh gairah, dan siswa termotivasi untuk berkembang. (4) Siswa belajar dalam suasana  gembira, aktif, kreatif, dan produktif. (5) Dampak kebebasan ini, setiap saat siswa dapat melakukan aberbagai eksperimen dengan menyinergika bahan ajar di sekolah dan lingkungannya.
Contoh paragraf (4) di atas mempunyai satu kesatuan pikiran. Pikiran utama paragraf di atas adalah kebebasan berekspresi (kalimat 1). Kemudian kalimat 2 sampai dengan kalimat 6 adalah kalimat-kalimat pengembang yang berisi pikiran-pikiran penjelas yang menjelaskan pikiran utama.


              II.            Kepaduan
Kepaduan paragraf dapat dicapai dengan kalimat-kalimat yang berhubungan secara logis. Hubungan pikiran-pikiran yang ada dalam paragraf menghasilkan kejelasan struktur dan makna paragraf. Hubungan kalimat tersebut menghasilkan paragraf menjadi satu padu, utuh, dan kompak. Kepaduan ini dapat dibangun melalui repetisi (pengulangan) kata kunci atau sinonim, kata ganti, kata transisi, dan bentuk paralel.
a.      Pengulangan Kata Kunci
Kepaduan paragraf dapat pula dicapai dengan pengulangan kata kunci. Semua kalimat yang dalam paragraf dihubungkan dengan kata kunci atau sinonimnya. Kata kunci yang telah disebutkan pada kalimat sebelumnya diulang pada kalimat kedua, ketiga, dan seterusnya. Dengan pengulanngan itu kalimat menjadi padu, utuh, dan kompak.
Contoh (6):
(1) Budaya merupakan sumber kreativitas baru. (2) Budaya baik yang berupa sistem ideal, sistem sosial, maupun sistem teknologi, ketiganya dapat dijadikan sumber kretivitas baru. (3) Budaya yang bersumber pada sistem ideal  dapat mengarahkan kreativitas konsep-konsep pemikiran filsafat, ilmu pengetahuan, dan lain-lain. (4) Budaya bersumber sistem sosial dapat mengendalikan perilaku sosial atau masyarakat termasuk pemimpinnya. (5) Budaya yang bersumber pada sistem teknologi dapat mengendalikan krestivitas baru berdasarkan geografis bangsa, misalnya sebagai negara pertanian harus memproduksi teknologi pertanian, sebagai negara kelautan harus mengembangkan teknologi kelautan, dan sebagainya. (6) Sinergi dari ketiga sistem budaya dapat menghasilkan kreativitas yang lebih sempurna.
b.      Kata Ganti
Kepaduan dapat dicapai dengan penggunaan kata ganti, pronominal, atau padanan. Sebuah kata yang telah disebutkan pada kalimat pertama (terdahulu) dapat disebutkan kembali pada kalimat berikutnya dengan kata gantinya. Kata ganti atau padanan dapat pula menggantikan kalimat, paragraf, dan dapat pula menggantikan bab.
Contoh:
(1)    Kata ganti:
         Pegawai itu – ia
         Pegawai-pegawai itu – mereka
         Seorang perempuan – ia
         Banyak perempuan – mereka
         Saya da kita – kami
         Saya dan kamu – kita
(2)    Padanan:
                                Ekonomi Indonesia segera bangkit. Hal ini ditandai dengan stabilnya nilai rupiah . Selai itu, hal ini juga  dapat dirasakan adanya kenaikan pendapatan nasional sebesar lima persen setahun sejak awal 2005 sampai dengan akhir 2006. Hal ini ....,
Dalam paragraf ini dibahas pembinaan ekonomi masyarakat kecil. Paragraf tersebut ....
c.       Kata Transisi
Kata transisi yaitu kata penghubung, konjungsi, perangkai yang penyatakan adanya hubungan, baik intrakalimat maupun antarkalimat. Penggunaan kata transisi yang tepat dapat memadukan paragraf sehingga keseluruhan kalimat menjadi padu, menyatu, dan utuh. Kata transisi digunakan berdasarkan fungsi makna yang dihubungkan. Kata transisi menyatakan hubungan sebagai berikut:
No.
Menyatakan Hubungan
Kata/Frase Transisi
1.
Sebab, akibat, hasil
Sebab, karena, akibatnya, maka oleh karena itu, oleh sebab itu, dampaknya, hasilnya, jadi, dengan demikian.
2.
Pertentangan
Tetapi, akan tetapi, namun, berbeda dengan itu, meskipun demikian, sebaliknya, kebalikan daripada itu, kecuali itu.
3.
Hubungan waktu
Baru-baru ini, ketika, sejak, segera, beberapa saat kemudian, sementara itu.
4.
Hubungan perbandingan
Dalam hal yang sama, lain halnya dengan, sebaliknya, lebih daripada itu, berbeda dengan itu
5.
Hubungan tempat
Berdekatan dengan itu, di sini, ke seberang, di sepajang jalan ini.
6.
Hubungan Tujuan
Agar, supaya, untuk maksud tersebut, guna
7.
Hubungan pertambahan
Tambahan pula, berikutnya, juga, kemudian, selain itu, lebih lanjut, di samping itu, lebih-lebih, dalam hal demikian, dengan kata lain.
8.
Hubungan syarat
Jika, jikalau, apabila, kalau.
9.
Hubungan cara
Dengan cara ini, cara yag demikian, cara ini.
10.
Hubungan singkatan
Singkatnya, ringkasnya, pendek kata
11.
Hubungan urutan
Mula-mula, pertama, kedua, akhirnya, sesudah itu, selanjutnya.
12.
Hubungan penegasan
Jadi, dengan demikian, bahwa, jelaslah bahwa

II.7 Pengembangan Paragraf
1.      Pendahuluan
Paragraf yang baik adalah paragraf yang dibangun beberapa kalimat yang saling berhubungan. Kalimat tersebut diikat oleh satu pikiran utama dan dijelaskan secara terinci oleh beberapa pikiran penjelas. Pikiran utama dan pikiran penjelas masing-masing tertuang dalam kalimat utama dan kalimat penjelas. Jadi, dalam sebuah paragraf terdapat satu kalimat utama da beberapa kalimat penjelas. Ada beberapa cara penempatan kalimat utama dalam sebuah paragraf yang disesuaikan dengan jalan pikiran penulisnya.
2.      Cara Penempatan Pikiran Utama
A.        Pikiran Utama pada Awal Paragraf
Paragraf dimulai dengan mengemukakan pikiran utama yang terdapat dalam satu kalimat. Penjelasan terhadap pikiran utama tersebut diberikan melalui kalimat-kalimat penjelas. Penempatan kalimat utama pada awal paragraf menunjukkan adanya pikiran utama yang mudah terbaca oleh pembaca dan dapat langsung mengundang perhatian pembaca untuk mengikuti penjelasan selajutnya. Cara ini sering diterapkan dalam penulisan karya tulis ilmiah karena mudah dilakukan dan dapat segera mengundang perhatian pembaca. Paragraf yang demikian mengikuti cara berpikir deduktif (dari umum ke khusus) yang disebut pula paragraf deduktif.
Contoh (1):
(1)Kekeringan yang melanda pulau ini berakibat sangat parah. (2) Sumur sudah tidak banyak mengeluarkan air.  (3) Ternak sudah lama tidak memperoleh makanan yang berupa rerumputan hijau. (4) Pepohonan pun di     mana-mana tampak melayu. (5) Banyak sawah yang tidak digarap lagi kerena tanahnya mengeras dan pecah-pecah.
Gagasan pokok pada paragraf di atas adalah akibat kekeringan yang parah ada pada kalimat (1). Kalimat (2) sampai dengan kalimat      (5) adalah kalimat penjelas yang masing-masing memberikan penjelasan keadaan yang disebutkan dalam kalimat (1).
B.     Pikiran Utama pada Akhir Paragraf
Pikiran utama pada sebuah paragraf dapat pula ditempatkan pada akhir paragraf. Paragraf jenis ini terlebih dahulu dikemukakan kalimat penjelas, kemudian disudahi dengan kalimat utama yang memuat pikiran utama. Paragraf jenis ini disebut paragraf induktif (mengikuti cara berpikir dari khusus ke umum).
Contoh (2):
(1) Ia memulai uasahanya dengan modal yang terbatas. Pelanggannya terdiri atas pekerja kasar dan penjual eceran di pasar yang singgah di warungnya sarapan pagi sebelum bekerja. (2) Karena pelayanannya yang baik, ia akhirnya dapat membesarkan tempat usahanya dan berhasil menikmati keuntungannya yang lumayan. (3) Pengalaman itulah yang mengajarkan kepadanya bahwa modal yang paling penting dalam hidup adalah kemauan dan ketekunan.
Paragraf di atas mempunyai tiga kalimat. Kalimat (1)     dan (2) adalah kalimat penjelas yang memuat pikiran penjelas.  Adapun kalimat utamanya ada pada kalimat (3) yang          memuat pikiran utama.
C.      Pikiran Utama Ada pada Awal dan Akhir Paragraf.
Paragraf dengan pola ini adalah gabungan paragraf deduktif dan paragraf induktif. Pada awal paragraf diketengahkan kalimat utamanya disusul kalimat-kalimat penjelas dan diakhiri kalimat    utama kembali.
Contoh (3):
(1) Bagi manusia, bahasa merupakan alat berkomunikasi yang sungguh penting. (2) Dengan bahasa manusia dapat menyampaikan isi hatinya kepada sesamanya. (3) Dengan bahasa itu pula manusia dapat mewarisi dan mewariskan, menerima dan memberikan segala pengalamannya kepada sesamanya. (4) Jelaslah bahwa bahasa merupakan sarana yang paling penting dalam kehidupan manusia.
Paragraf di atas berpola deduktif-induktif. Ada empat kalimat yang membangun paragraf tersebut. Kalimat (1) kalimat utama yang memuat pikiran utama, disusul kalimat (2) dan (3) yang merupakan kalimat penjelas yang memuat pikiran penjelas dan kalimat (4) kembali diketengahkan kalimat utama yang memuat pikiran utama.

D.     Paragraf dengan Pikiran Utama Tersirat
Ada paragraf yang tidak secara tersurat mengandung pikiran utama tertentu. Semua kalimat yang menyusun paragraf sama pentingnya dan bekerja sama menggambarkan pikiran yang terdapat dalam paragraf. Kalimat-kalimat merupakan satu kesatuan isi.
Contoh (4):
(1) Pagi hari yang cerah itu Aminah melompat-lompat menyusuri pematang. (2) Di kanan kiranya terbentang luas tembakau yang sudah selutut tingginya. (3) Daunnya hijau lebar-lebar, tanda subur karena cukup pupuknya. (4) Sekali-sekali ia berhenti melayangkan pandangannya ke dangau di ujung sawah. (5) Sudah sejak matahari terbit suaminya menyiangi tembakau. (6) Sekarang tentu beristirahat karena tidak seorang pun yang tampak di sawah. (7) Dibayangkannya betapa suaminya akan terkejut gembira karena ia datang agak pagi kali ini. Lagi pula dalam bakul yang dijinjingnya terdapat makanan kesayangan suaminya, sayur asam, sambel terasi, ikan bakar, dan ikan gabus asin. (8) Ditambah lagi nasi putih yang masih panas, ynag terasa baru ditumbuk kemarin.    (9) Aminah tersenyum bahagia.
Ada sembilan kalimat yang membangun paragraf di atas. Kesembilan kalimat tersebut sama pentingnya yang bekerja sama menggambarkan pikiran yang terdapat dalam paragraf tersebut. Kalimat-kalimat tersebut merupakan satu kesatuan isi. Paragraf dengan tanpa kalimat utama dipakai dalam tulisan deskriptif dan naratif.
3.      Pengurutan Kalimat Utama dan Kalimat Penjelas
Kalimat utama dan kalimat-kalimat penjelas dapat disusun menjadi paragraf yang baik dengan menggunaka urutan tertentu. Urutan paragraf dapat disusun menurut urutan logis, urutan kronologis, dan urutan klimaks dan antiklimaks. Urutan-urutan tersebut akan dijelaskan berikut ini.

A.     Urutan Logis
Urutan logis adalah urutan yang menyebutkan lebih dahulu hal-hal umum, kemudian ke hal-hal yang khusus atau sebaliknya. Jadi, boleh dikatakan bahwa kalimat-kalimat yang memuat pikiran penulis diurut secara sintetis dan analitis.
Contoh (5):
(1) Manusia adalah ciptaan Tuhan yag paling sempurna dan paling berkuasa di bumi atau di dunia. (2) Dikatakan demikian sebab dia diizinkan oleh Tuhan memanfaatkan semua isi alam ini untuk keperluan hidupnya. (3)  Meskipun demikian, manusia tidak diizinkan menyakiti, menyiksa, dan menyia-nyiakannya.
Paragraf di atas urutan kalimat (1), (2), dan (3) menunjukkan jalan pikiran yang masuk akal (logis). Apabila kalimat-kalimat tersebut diubah urutannya, tentulah jalan pikirannya tidak logis lagi.     Misalnya, kita ubah susunannya menjadi (2), (1), (3) atau (2), (3), (1), paragraf tersebut tidak logis lagi.
B.     Urutan Kronologis
Urutan kronologis adalah urutan kejadian menurut waktu, peristiwa yang digambarkan dalam paragraf diurut menurut  tingkat perkembangannya dari waktu ke waktu, urutan tersebut dapat dipakai dalam tulisan naratif.
Contoh (6):
(1) Tepat pukul 08.00 upacara peringatan Hari Kemerdekaan dimulai. (2) Bendera merah putih dikibarkan diiringi lagu kebangsaan Indonesia Raya. (3) Kemudian mengheningkan cipta untuk mengenang jasa para pahlawan yang telah gugur. (4) Dua orang mahasiswa tampil untuk membacakan teks proklamasi dan pembukaan Undang-Undang Dasar 1945. (5) Sesudah itu, rektor memberikan pidato sambutan tentang Proklamasi Kmerdekaan Repyblik Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945. (6) kira-kira pukul 10.00 upacara diakhiri dengan pembacaan doa.
C.      Urutan Klimaks dan Antiklimaks
Urutan klimaks adalah urutan yang dimulai dengan pernyataan biasa, kemudian lambat laun meningkat menjadi makin penting, sampai pada paling penting, paling menonjol. Kalimat terakhir merupakan kalimat paling penting dan menjadi klimaks dari serangkaian pernyataan sebelumnya (lihat contoh 7a). Sebaliknya, bisa juga dilakukan dengan memulai dengan hal-hal yang paling penting dan menonjol, kemudian menyusul pernyataan-pernyataan yang kadar kepentingannya kurang dan di akhiri pernyataan yang biasa. Urutan seperti ini disebut urutan antiklimaks (lihat contoh 7b).
Contoh (7a):
(1) Pancasila telah beberapa kali dironrong. (2) beberapa kali falsafah negara RI hendak diubah dan preteli.          (3) setiap usaha hendak mengubah dan mempreteli Pancasila ternyata gagal. (4) Betapa pun usaha itu telah dipersiapkan dengan matang dan teliti, semuanya tetap dihancurkan. (5) Memang, Pancasila benar-benar sakti.
Contoh (7b):
(1) Kebahagiaan tidak semata-mata ditentukan oleh banyaknya uang yang dimiliki oleh seseorang. (2) uang memang penting, tetapi kebahagiaan seseorang tida bergantung pada uang yang dimilikinya. (3) Jika kebahagiaan itu bergantung pada uang semata-mata, pastilah hanya orang-orang kaya saja yang dapat menikmati kebahagiaan. (4) Kenyataannya, tidak demikian. (5) Banyak orang yang kaya harta, tetapi tidak bahagia. (6) sebaliknya, banyak orang yang miskin harta, tetapi bahagia hidupnya.
Contoh paragraf (7b) di atas memperlihatkan urutan antiklimaks. Paragraf tersebut dimulai hal-hal paling penting dan menonjol. Kalimat berikutnya memuat kadar isinya makin menurun dan diakhiri dengan pernyataan biasa. Sebaliknya contoh (7a), paragraf ini dimulai dari hal-hal yang biasa, kemudian meningkat pada hal yang penting da menonjol dan diakhiri dengan penyataan yang kadar isinya semakin penting dan menonjol. Urutan seperti ini disebut urutan klimaks.
4.      Pengembangan Paragraf
Setiap paragraf mempunyai satu pikiran utama dan beberapa pikiran penjelas. Pikiran utama dan pikiran penjelas akan menjadi jelas apabila ada perincian yang cermat dan logis. Dalam pengembangannya, pikiran utama dituangkan dalam kalimat utama, sedangkan pikiran penjelas dituangkan dalam kalimat-kalimat penjelas sebagai rincian kalimat penjelas.
Ada beberapa teknik pengembangan paragraf antara lain:
A.         dengan teknik dari hal-hal khusus ke umum dan dari umum ke hal-hal khusus,
B.         dengan teknik klasifikasi,
C.         dengan teknik alasan-alasan,
D.        dengan teknik perbandingan,
E.         dengan teknik contoh-contoh,
F.         dengan teknik definisi luas, dan
G.         dengan teknik campuran.
A.      Pengembagan  Paragraf dengan Teknik Hal-hal yang Khusus
Pengembangan paragraf dengan teknik adalah pengembangan yang dimulai dari hal-hal khusus ke umum atau sebaliknya dari umum ke hal-hal khusus. Teknik  ini paling banyak digunakan dalam tulisan.
Contoh (8a):
(1)       Salah kedudukan bahasa Indonesia adalah sebagai bahasa nasional. (2) Kedudukan ini dimiliki sejak dicetuskannya Sumpah Pemuda pada tanggal 28 Oktober 1928. (3) Kedudukan ini dimungkinkan oleh kenyataan bahwa bahasa Melayu yang mendasari bahasa Indonesia telah menjadi lngua franca selama berabad-abad di seluruh tanah air  kita (4) Hal ini ditunjang oleh faktor tidak terjadinya “persaingan bahasa”, maksudnya persaingan bahasa daerah yang satu dengan lain untuk mencapai kedudukannya sebagai bahasa daerah.
Sebaliknya, penulis dapat memulai dengan hal-hal yag khusus kemudian ke hal umum.
Contoh (8b):
(1) Dokumen-dokumen dan keputusan-keputusan serta surat-menyurat yang dikeluarkan pemerintah dan badan-badan kenegaraan hanya ditulis dalam bahasa Indonesia. (2) Pidato-pidato terutama pidato kenegaraan, ditulis dan diucapkan dalam bahasa Indonesia. (3) hanya dalam keadaan tertentu, demi kepentingan komunikasi antarbangsa kadang-kadang pidato resmi ditulis dan diucapkan dalam bahasa asing, terutama bahasa Inggris. (4) Demikian pula bahasa Indonesia dipakai oleh masyarakat dalam upacara, peristiwa, dan kegiatan kenegaraan atau alat komunikasi timbal-balik antara pemerintah dan masyarakat.
B.     Pengembangan Paragraf dengan Teknik Klasifikasi
Pengembangan paragraf dengan teknik klasifikasi dimaksudkan sebagai upaya mencari kelompok besar dari kelompok kecil yang mencakupi objek yang dibicarakan dalam kelas utama. Penulis harus mempunyai klasifikasi yang tepat untuk dapat mengembangkan suatu paragraf. Melalui klasifikasi yang dilakukan penulis, pembaca lebih mudah memahami tulisan yang disajikan. 
Contoh (9) :
(1) Berdasarkan tingkat pendidikannya, tenaga kerja yang tersedia di pasar kerja Indonesia dapat dibagi tiga kelompok. (2) Ketiga kelompok itu adalah mereka yang mereka yang berpendidikan dasar (SD dan SMP), yang berpendidikan menengah, dan yang berpendidikan tinggi. (3) Kelompok yang berpedidikan dasar lebih banyak daripada kelompok yang berpendidikan tinggi.
C.      Pengembagan Paragraf dengan teknik Alasan-alasan
Pengembagan paragraf dengan menggunakan teknik ini, awalnya menyajikan fakta yang menjadi sebab terjadinya sesuatu, kemudian disusul rincian sebagai akibatnya. Dalam hal ini sebab merupakan pikiran utama, sedangkan akibat merupakan pikiran-pikiran penjelas.
Contoh (10):
(1) Keluarga berencana berusaha menjamin kebahagiaan hidup keluarga. (2) Ibu tidak selalu merana hidupnya karena seriap tahun melahirkan. (3) Bapak tidak perlu terlalu pusing memikirkan usaha untuk mencakupi kebutuhan keluarganya. (4) Anak pun tidak terlantar hidupnya.

D.      Pengembangan Paragraf dengan Teknik Perbandingan
Pengembangan paragraf dengan teknik perbandingan, penulis memaparkan persamaan dan perbedaan dua objek gagasan atau lebih.
Contoh (11):
(1) Peranan pendidikan keterampilan pada sekolah umum dan peranan pendidikan keterampilan pada sekolah kejuruan itu berbeda. (2) Pada sekolah kejuruan pendidikan keterampian  dimaksudkan untuk memperoleh keterampilan guna menunjang praktik kejuruan dengan mantap. (3) Pada sekolah umum pendidikan ketermpilan diberikan sebagai penguat pendidikan akademis. (4) Baik sekolah umum maupun sekolah kejuruan dapat dikakatan bahwa pendidikan keterampilan berfungsi membina  kecerdasan siswa.
E.      Pengembangan dengan Teknik Contoh-contoh
Teknik contoh-contoh merupakan pengembangan paragraf dengan terlebih dahulu dikemukakan suatu pernyataan, disebutkan rincian-rinciannya yang disertai contoh-contoh kongkret. Contoh-contoh yang dikemukakan untuk lebih menjelaskan rincian-rincian yang selanjutnya lebih memperjelas pikiran utama.
Contoh (12):
(1) Budaya sebagai sumber kreativitas. (2) orang yang cerdas akan mampu mengolah kekayaan budaya Indonesia yang luar biasa besar. (3) Produk makanan, misalnya dari Sabang sampai Merauke ratusan ribu jenis. Pilih satu produk makanan yang potensial untuk dibiniskan. (4) Jika diolah secara kreatif, modern, dikemas yang sempurna, jelaskan kandungan gizinya dalam berbagai bahasa di dunia, sesuaikan selera (rasa) menurut negara tujuan, produk makanan tersebut dapat dipastikan membanjiri pasar dunia. (5) Selain itu, kita memiliki budaya berupa cerita tradisonal. (6) Setiap daerah memiliki cerita yang unik. (7) Cerita ini dapat dijadikan sumber kreativitas film, cerita petualangan, cerita yang bernilai edukatif, dan sebagainya. (8) Cerita ini dapat dikemas menjadi cerita kartun modern. (9) Jika dikemas sesuai dengan selera masyarakat dunia dalam CD, produk ini pasti dapat mendatangkan manfaat yang besar. Selain bernilai komersil, produk ini dapat berfungsi sebagai pengenalan budaya bangsa.
4.6  Pengembangan Paragraf dengan Teknik Definisi Luas
Teknik pengembangan paragraf dengan definisi luas ini dipakai untuk mengembangkan pikiran utama. Semua penjelasan atau uraian menuju pada perumusan definisi itu.


Contoh (13):
(1) Apakah yang disebut kamus? (2) Kamus adalah rekaman kata-kata yag membangun suatu bahasa.         (3) Kamus selalu berubah seiring dengan perubahan bahasa, karena kamus tidak mendikte, memerintah pemakaian kata-kata, tetapi kamus harus mengikutinya. (4) Kamus dapat bertindak sebagai wasit seperti dalam pertandingan sepak bola. (5) Kamus akan mengatakan secara tegas apakah sesuatu kata benar atau tidak. (6) Dari kamus kita dapat belajar bentuk, jenis, dan kekerabatan kata-kata.
F.      Pengembangan Paragraf dengan Teknik Campuran
Pada teknik pengembangan paragraf ini rincian-rincian terhadap kalimat utama terdiri atas campuran dari dua atau lebih teknik pengembangan paragraf. Misalnya, teknik pengembangan paragraf dari hal-hal khusus digabungkan dengan teknik dengan contoh-contoh.
Contoh (14):
(1) Bahasa tutur adalah bahasa yag dipakai dalam pergaulan sehari-hari, terutama dalam percakapan.(2) Umumnya, bahasa tutur sederhana dan singkat bentuknya. (3) kata-kata yang digunakan tidak banyak jumlahnya. (4) lagi pula bahasa tutur hanya menggunakan kata-kata yag lazim dipakai sehari-hari. (5) sudah barang tentu sering digunakan juga kata tutur, yaitu kata yang memang hanya boleh dipakai dalam bahasa tutur, misalnya: bilang, pelan, biki, enggak, dsb. (6) Lafalnya pun sering menyimpan dari lafal umum, misalnya: dapet (dapat), malem (malam), ampat (empat), dsb. (7) Bahkan sering juga digunakan urutan kata yang menyimpang dari bahasa umum, misalnya: ini hari, itu orang, dsb.
Paragraf di atas terdiri atas tujuh kalimat. Teknik pengembangan paragraf di atas adalah campuran dengan menggabungkan teknik umum-khusus dan contoh-contoh.  Teknik umum-khusus dapat dilihat pada rangkaian kalimat (1), (2), (3), dan (4). Adapun kalimat (5), (6), dan  (7). Menggunakan teknik pengembangan paragraf dengan contoh-contoh.





BAB III
PENUTUP
III.1 Kesimpulan
Paragraf merupakan sekumpulan kalimat yang dirangkai atau dihubungkan sehingga membentuk suatu gagasan tertentu. Paragaf dibedakan menjadi tiga yaitu paragraf yang terbentuk berdasarkan sifat dan tujuan, berdasarkan letak kalimat utamanya, dan berdasarkan isinya. Sebuah paragraf yang baik harus memperhatikan beberapa persyaratan agar terbentuk suatu gagasan yang mudah dimengerti oleh para pembaca.
III.2 Saran
Agar sebuah paragraf dapat tersusun dengan baik dan sesuai EYD diperlukan sebuah ketelitian dan pengelolaan kata yang tepat. Menyusun sebuah paragraf harus seefektif mungkin dan dapat menyampaikan ide pokok secara jelas sehingga mudah dipahami.

































DAFTAR PUSTAKA
·         BUKU DIKTAT
·         http://rewimolok.blogspot.com/2012/04/makalah-pembentukan-paragraf.html

Powered by Blogger.

Labels